Reporter : Nada – Editor : Redaksi
Insitekaltim, Samarinda – Kemendikbud memiliki beberapa program untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, salah satunya dengan program SMA Zonasi. Program SMA Zonasi berisi beberapa In House Training terkait kebutuhan pengembangan pendidikan yang dibutuhkan saat ini. Pada tahun 2018, program ini disebut dengan ‘SMA Rujukan’. Perubahan nama terjadi dengan program-program yang masih sama tetapi ditambah kan dengan 1 program baru yang namanya ‘Pembelajaran berbasis STEM.’
Program pengembangan pendidikan tersebut tidak hanya diperuntukkan untuk sekolah SMA Zonasi yang bersangkutan, namun juga harus mengimbaskan program SMA Zonasi ke minimal 5 sekolah di sekitar wilayah sekolah SMA Zonasi.
“Ini relatif baru, teman-teman guru yang hadir disini menjadi perwakilan untuk mengembangkan pembelajaran berbasis STEM di Kurikulum 2013,” ungkap Hj. Khoirul Hannin, M.Pd sebagai narasumber yang memberi materi hari ini di Ruang Multimedia SMA Negeri 3 Samarinda, Sabtu (14/09/2019).
Hannin mengaku, dana yang diperoleh berasal dari Pemerintah.
“Dana yang dikeluarkan merupakan dana sharing dari pemerintah untuk menjalankan program SMA Zonasi,” tambahnya.
Di sisi lain, Hannin menyampaikan, sistem Zonasi lebih terkait dengan Penerimaaan Peserta Didik Baru (PPDB) ke sekolah Negeri berdasarkan zonasi tempat tinggal siswa dengan letak sekolah negeri yang dekat dengan rumahnya. Penjelasan tersebut berbeda dengan Program SMA Zonasi.
“Terjadi kekeliruan dimasyarakat terkait sistem Zonasi dan Program SMA Zonasi. SMA Zonasi yang sedang disosialisasikan adalah terkait dengan Pembelajaran Berbasis STEM atau pembelajaran yang mengintegrasikan antara Sains, Tekhnologi, Engineering dan Matematika,” paparnya.
Hannin mengatakan, tujuan dari pembelajaran berbasis STEM tidak lain adalah mempersiapkan siswa menyiapkan dirinya untuk bisa berkarir berdasarkan skill yang dibutuhkan di abad 21.
“Harapan saya setelah workshop ini, guru-guru yang hadir bisa memberikan Pembelajaran STEM. Tentunya tidak hanya berupa produk RPP seperti yang diminta dari Direktorat PSMA Kemendikbud, tapi juga bisa mengimplementasikan dari RPP yang dibuat oleh bapak/Ibu guru dikelasnya masing-masing. Semuanya demi siswa-siswi yang bisa berpola pikir kreatif sesuai dengan skill yang dibutuhkan di abad 21,” katanya.
Ketua Panitia, Suyudi M.Pd, juga memberikan tanggapan mengenai acara workshop yang digelar di SMAGA
“Ini adalah sesi terakhir dari rangkaian kegiatan yang pernah kita lakukan tentang SMA Zonasi. Kebetulan SMA Negeri 3 Samarinda ditunjuk oleh Direktorat PSMA Kemendikbud sebagai SMA Zonasi,” imbuhnya.
Sebagai SMA Zonasi, SMAGA diwajibkan untuk memberi informasi terkait Pembelajaran Berbasis STEM.
“Program-program yang harus kita sampaikan dari Direktorat hari ini yaitu informasi Pembelajaran Berbasis STEM. Diharapkan dengan workshop ini, mutu pendidikan khususnya di Kota Samarinda menjadi merata,” tandasnya.
Suyudi berpesan, terkait penunjukkan SMAGA sebagai SMA Zonasi bisa menjadi ajang transfer ilmu dari narasumber kepada guru-guru yang hadir dalam acara workshop tersebut.
“Tujuannya baik, semoga bisa memberikan dan menambah informasi Pembelajaran Berbasis STEM dan mengubah pola pikir para murid untuk berpikir kreatif sesuai dengan skill yang dibutuhkan di abad 21 seperti yang dikatakan oleh narasumber kita hari ini,” tutupnya.