
Insitekaltim, Samarinda – Wakil Ketua Komisi II DPRD Kalimantan Timur (Kaltim) Sapto Setyo Pramono menilai banyak potensi daerah yang belum digarap maksimal sebagai sumber pendapatan asli daerah (PAD).
Ia menyebut, ketergantungan Kaltim pada sektor tambang sudah saatnya dikurangi dengan mendorong sektor-sektor alternatif yang lebih berkelanjutan.
“Selama ini PAD kita masih terlalu berat di tambang, padahal potensi lain banyak. UMKM kita kuat, sektor jasa bisa ditumbuhkan, dan jangan lupa, alur sungai serta laut 0 sampai 12 mil itu belum dimanfaatkan secara optimal,” kata Sapto saat di temui di Gedung B Badan Kesbangpol Kaltim, Minggu 11 Mei 2025.
Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya seperti Sungai Mahakam bisa menjadi arah baru dalam meningkatkan PAD daerah. Ia menyoroti bahwa saat ini hasil dari aktivitas ekonomi sungai justru mengalir ke pemerintah pusat, tanpa kontribusi langsung ke kas daerah.
“Coba bayangkan, alur Sungai Mahakam itu setahun bisa menyumbang Rp350 miliar ke pusat dari PNBP, tapi kita di daerah tidak kebagian. Padahal kalau kita punya perda dan sudah memberikan layanan, kita bisa tarik retribusi sah,” ujarnya.
Sapto menyambut baik langkah Pemprov yang mulai mengevaluasi Perda Pajak dan Retribusi untuk membuka ruang retribusi baru dari pengelolaan alur sungai. Menurutnya, selama daerah memiliki kewenangan pelayanan, ruang itu bisa dioptimalkan.
“Sudah ada dasar hukumnya. Tinggal komitmennya. Kalau kita bisa bangun tambatan kapal, pelabuhan kecil, atau layanan lain di bantaran Mahakam, sah-sah saja kita tarik retribusi. Ini potensi besar,” tegasnya.
Ia juga menyinggung perlunya penyegaran di beberapa posisi strategis pengelola pendapatan. “Kalau posisi strategis diisi orang yang kompeten, hasilnya pasti beda. Jangan lagi pakai pola siapa dekat siapa. Harus profesional,” ucapnya.
Sapto berharap, dengan momentum perubahan di pertengahan tahun ini, tata kelola PAD bisa diperbaiki.
“Kita ingin Kalimantan Timur mulai membangun pondasi ekonomi yang lebih tahan krisis. Jangan terus-terusan bergantung pada tambang yang bisa habis. Kita perlu sektor baru yang menjanjikan dan menyentuh langsung masyarakat,” pungkasnya.