Insitekaltim, Samarinda – Generasi Z atau generasi yang lahir pada 1997-2012 dinobatkan sebagai generasi paling konsumtif, dengan gaya hidup yang kerap melebihi kemampuan finansial.
Sebagai Gen Z ataupun orang yang punya bakat boros tapi bukan lahir dari keluarga sultan, apakah anda ingin mengendalikan dorongan belanja tanpa harus merasa tersiksa?
Seorang financial expert atau ahli keuangan menawarkan solusi praktis yang mudah diterapkan tanpa perlu membuat dompet “menjerit.” Apa rahasianya?
Dalam Podcast Suara Berkelas Episode 14 berjudul “Harusnya Mindset Keuangan Para Sandwich Generation Tuh Gini!”, Founder Finansialku.com sekaligus ahli bidang finansial Melvin Mumpuni menjelaskan terdapat dua cara. Cara finance dan cara non-finance.
Melalui cara finance, ada istilah budgeting atau membuat budget. Melvin mengibaratkan ini budgeting adalah seorang kiper. Budget yang keluar apakah sesuai kebutuhan atau tidak?
“Kalau budget segini tapi yang dikeluarkan lebih banyak, kiper tidak bisa melewatkan. Kalau sesuai, berarti bisa. Disesuaikan kebutuhannya dengan kemampuan pengeluarannya,” kata Melvin.
Budgeting bisa menggunakan metode 50:30:20 atau 50 persen untuk kebutuhan prioritas, seperti makan, kuota, pulsa, bensin, dan sebagainya. 30 persen untuk hiburan, seperti nonton, makan di luar, ngopi. Sedangkan, 20 persen untuk tabungan dan investasi.
Ada juga yang menetapkan metode 40:30:20:10. Sama halnya seperti di atas, hanya saja kebutuhan prioritas hanya 40 persen dan 10 persen yang terakhir dialokasikan untuk sedekah.
Untuk solusi secara non-finance, keuangan tidak selalu bisa soal uang itu sendiri. Sebagai ahli keuangan, Melvin sadar, uang tidak keluar dan masuk dengan kakinya sendiri, melainkan ada daya dorong dari manusianya.
Melvin berpesan agar semua orang berprinsip mindful atau penuh kesadaran untuk mengelola dan menggerakkan uang mereka. Apabila memang memiliki keinginan kuat dalam menghibur diri melalui berbagai aktivitas boros, jangan lakukan tiap hari. Cukup satu kali seminggu agar hasrat boros tidak meronta-ronta.
“Kalau doyan nonton dari subscribe platform apa misal, jangan. Harus secara sadar nonton cukup sekali seminggu di bioskop, sudah,” tegasnya.
“Doyan ngopi? Ya tidak masalah. Cuman sadar juga, ngopi tidak harus yang ala cafe kan? Bisa disiasati beli kopi sachet, yang penting kopi,” lanjutnya.
Tegas Melvin mengingatkan harus ada kemauan untuk menetapkan prioritas. Prioritas adalah kebutuhan yang apabila tidak terpenuhi dapat menyebabkan kerugian dan kesulitan sampai kematian. Selama kebutuhan yang padahal itu hanya keinginan semata, tetapi tidak mengakibatkan kerugian, kesulitan dan kematian, maka bukan prioritas.
“Jadi kita bukan diatur tapi kita yang mengatur. Jangan ikut-ikutan. Kita punya kuasa atas kebutuhan kita tanpa ikut tren,” tukasnya.