Menjadi wartawan di tanah rantau bukan hanya soal melaporkan fakta, tetapi juga tentang bertahan dan tumbuh dalam kebersamaan.
Pagi yang masih basah oleh embun Kalimantan Timur, suara keyboard memenuhi ruangan kamar mess kantor di Samarinda. Di balik layar laptopnya, Aminah seorang wartawan muda asal Bandung, merangkai berita yang akan dibaca ribuan orang di dunia maya. Inilah keseharian wartawan MSI Group, yang tak hanya mengejar berita tetapi juga berjuang untuk menemukan tempat di tanah yang jauh dari rumah.
Perjalanan Dimulai
MSI Group, perusahaan media online yang menaungi empat portal berita: Infosatu.co, Insitekaltim.com, Narasi.co, dan Natmed.id, memiliki visi besar: mencetak wartawan berkualitas yang siap mendukung pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Dalam rangka itu, mereka merekrut talenta muda dari Bandung untuk diberi kesempatan merasakan dinamika jurnalistik di Kalimantan Timur.
“Saya tidak pernah membayangkan akan bekerja sejauh ini dari rumah,” ujar Aminah. Bersama rekan-rekannya, dia meninggalkan kenyamanan Bandung untuk menghadapi tantangan baru di wilayah yang kaya budaya dan sumber daya, tetapi juga penuh dinamika sosial dan politik.
Selama setahun, delapan wartawan dari Bandung menjalani program rotasi dengan durasi yang berbeda. Tahap pertama dimulai dengan Adi, Ira, dan Adit yang bertugas selama 11 bulan, diikuti Aminah dan Intan selama 8 bulan, kemudian Ericka di tahap ketiga selama 6 bulan, dan terakhir Alfi serta Aisyah selama 3 bulan.
Menembus Batas, Mencari Makna
Kehidupan di tanah rantau tidak selalu mudah. Wartawan MSI Group dihadapkan pada tantangan geografis Kalimantan Timur, di mana jarak antar kota bisa memakan waktu berjam-jam perjalanan.
“Kami sempat bertugas di Kota Bontang selama 4 bulan,” kenang Aminah. “Tapi justru di sana kami belajar banyak. Masyarakatnya ramah dan mereka memberikan perspektif yang berbeda tentang hidup.”
Namun, tantangan bukan hanya soal kerja. Adaptasi budaya juga menjadi ujian tersendiri. Bahasa, makanan, hingga cara berkomunikasi harus dipelajari. “Awalnya canggung, tapi kebersamaan dengan tim membuat semua terasa lebih mudah,” tambahnya.
Kebersamaan menjadi inti dari program ini. Saat MSI Group menggelar acara syukuran di Grillme Samarinda untuk melepas wartawan Bandung, suasana penuh kehangatan terasa. Acara sederhana dengan makanan yang tidak berlebihan ini menjadi simbol persahabatan dan apresiasi.
“Dengan atau tanpa dana, acara tetap kita laksanakan. Selama niatnya baik, Allah pasti memberikan rezeki,” ujar Mohammad Sukri, CEO MSI Group.
Sebagai bentuk penghargaan, beberapa wartawan menerima hadiah perjalanan ke Bali. Bagi yang menunjukkan dedikasi lebih, perjalanan umroh menjadi penghormatan tertinggi. Ini bukan hanya soal materi, tetapi pengakuan atas kerja keras mereka di medan yang jauh dari rumah.
Pelajaran Berharga
Bagi Aminah, pengalaman ini adalah pembelajaran hidup. “Saya belajar memahami cara kerja media di daerah yang berbeda, sekaligus bagaimana menyelesaikan konflik secara profesional,” katanya.
Selama di Kalimantan Timur, dia dan rekan-rekannya menemukan bahwa jurnalistik bukan hanya soal menulis berita, tetapi juga membangun kepercayaan dengan sumber berita dan masyarakat. Setiap laporan mereka menjadi jembatan antara realitas di lapangan dan publik yang ingin memahami apa yang terjadi di Kaltim.
MSI Group melihat program ini sebagai investasi jangka panjang. Sukri menegaskan bahwa program pengembangan SDM akan terus dilanjutkan. Wartawan dari berbagai daerah, termasuk Bandung, akan terus diberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.
“Kami memilih berdasarkan potensi dan dedikasi, bukan senioritas,” tegasnya.
Dengan pendekatan ini, MSI Group berharap dapat mencetak wartawan yang tidak hanya mampu menghasilkan berita, tetapi juga membawa perubahan positif di komunitas mereka.
Membingkai Masa Depan
Syukuran di Grillme bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan baru. Wartawan seperti Aminah mungkin meninggalkan Kalimantan Timur, tetapi jejak mereka tetap tertinggal di setiap berita yang telah diterbitkan.
Di balik setiap berita yang mereka bingkai di tanah rantau, ada cerita tentang dedikasi, perjuangan, dan kebersamaan. Kisah ini adalah pengingat bahwa menjadi wartawan adalah tentang lebih dari sekadar pekerjaan; ini adalah misi untuk memberikan suara kepada yang tak terdengar dan membawa terang ke sudut-sudut yang gelap.