Insitekaltim, Samarinda – Pemerintah Kota Samarinda mulai melakukan terobosan dalam pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) melalui pengembangan konsep Agentic AI menggunakan model AI yang sudah tersedia dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Langkah ini dianggap sebagai salah satu inisiatif berani dalam penerapan teknologi informasi di lingkungan pemerintahan daerah.

Sekretaris Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Samarinda Suparmin mengungkapkan bahwa pendekatan AI yang digunakan berbeda dengan model global seperti ChatGPT, Gemini, atau Azure AI.
“Bedanya kita dengan model besar seperti ChatGPT, Gemini, atau Azure itu terletak pada sumber datanya. Mereka memakai data global. Kita pakai data lokal dari Kota Samarinda. Saat ini saja, wali kota sudah memiliki akses ke delapan basis data utama yang bisa memberikan insight sangat banyak. Target kita, semua data di perangkat daerah harus bisa disambungkan,” jelas Suparmin di Mercure Hotel, Samarinda pada Senin, 16 Juni 2025
Konsep yang diusung Samarinda adalah Agentic AI, yaitu pendekatan yang memanfaatkan AI sebagai agen aktif yang menjalankan tugas-tugas berbasis data secara otomatis. Dalam hal ini, Pemkot Samarinda tidak membangun dari nol, tetapi menggunakan layanan AI-as-a-Service (AIaaS) yang tersedia secara daring.
“Kami pakai layanan yang sudah tersedia. Jadi, tinggal beli kredit untuk aksesnya. Misalnya ada layanan yang satu hari bisa dipakai seharga 10 atau 50 dolar. Untuk awal ini, kita beli kredit untuk uji coba. Nantinya akan dihitung apakah lebih efisien menyewa atau membangun sendiri. Biasanya, bangun sendiri itu jauh lebih mahal karena perlu infrastruktur besar seperti HPC (High-Performance Computing).”
Penggunaan AI ini tidak hanya soal teknologi, tetapi juga soal sumber daya manusia. Samarinda melibatkan talenta lokal yang disebut sebagai “AI Akamsi” atau “Anak Kampung Sini”. Tim ini terdiri dari para programmer lokal yang digaji secara profesional.
“Untuk tim pengembang, semua digaji. Mungkin gaji totalnya bisa sekitar Rp200 juta sampai Rp300 juta per tahun. Anggaran kami untuk honor tenaga ahli bisa mencapai Rp1 miliar sampai Rp2 miliar, dan itu baru untuk SDM. Untuk layanan AI-nya, estimasi awal kami sekitar Rp300 juta per tahun atau sekitar USD 2.400. Itu karena sistemnya berbasis langganan,” ungkap Suparmin.
Wali Kota Samarinda Andi Harun memberikan waktu dua bulan kepada tim Diskominfo untuk menyiapkan integrasi awal ini. Dalam waktu tersebut, seluruh perangkat daerah diminta mengumpulkan data dalam bentuk apa pun, termasuk foto, PDF, atau dokumen lainnya.
“Dulu kalau input data harus pakai format tertentu, misalnya Excel dengan nomor pokok. Sekarang tidak perlu lagi. AI bisa baca semua data, dalam bentuk apa pun. Anak-anak kita akan mengklasifikasi dan memberi label pada data itu agar AI bisa memahami konteksnya,” kata Suparmin.
Dalam surat edaran yang sudah dikirimkan, semua perangkat daerah diminta melakukan pengumpulan dan sinkronisasi data tanpa harus mengubah format dokumen. Tujuan akhirnya adalah membuat AI mampu memberikan rekomendasi dalam proses penganggaran.
“Bayangkan, nanti ketika mau menyusun anggaran, AI bisa memberikan analisis otomatis. Misalnya, belanja ini terlalu mahal, atau kegiatan itu jumlahnya berlebihan. Jadi AI akan jadi semacam penasihat yang berbasis data dan konteks lokal,” tambahnya.
Jika berjalan sesuai rencana, pada Agustus 2025, Pemkot Samarinda akan menjadi salah satu pemerintah daerah pertama di Indonesia yang menyusun penganggaran tahun 2026 dengan bantuan AI.
“Ini bukan sekadar transformasi digital. Ini adalah lompatan besar dalam tata kelola pemerintahan. Kita tidak hanya bicara teknologi, tapi juga efisiensi, transparansi, dan adaptasi terhadap zaman,” tutup Suparmin.
Langkah Samarinda menunjukkan bahwa kota-kota di daerah pun memiliki peluang besar untuk memimpin inovasi, terutama jika memanfaatkan kekuatan data lokal dan memberdayakan talenta dalam negeri.