
Insitekaltim,Sangatta – Perubahan zonasi Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) Provinsi Kaltim dalam draf Perda Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Kaltim disoroti Anggota Komisi C DPRD Kutim Yusuf T Silambi.
Ia mengatakan dalam perda sebelumnya, KBAK Kaltim yang berada di dua Kabupaten yakni Kutai Timur (Kutim) dan Berau memiliki luas hampir 300 ribu hektare, namun ukuran ini mengalami perubahan di Perda RTRWP Kaltim terbaru, dengan KBAK mengalami penyusutan wilayah yang signifikan.
Yusuf menyayangkan perubahan luas KBAK dari luasan sebelumnya, karena menurutnya KBAK merupakan tameng untuk pemanasan global dan pemenuhan O² untuk manusia.
“Informasi yang saya dapat memang menyusut yakni luasan KBAK terbaru hanya 14 ribu hektare. Ini kurang dari sebelumnya sangat sedikit malah karena sebagian wilayah digunakan untuk wilayah pemukiman masyarakat,” kata Yusuf T Silambi.
Ia mengakui saat ini wilayah bentang alam dan hutan lindung banyak diambil alih masyarakat untuk wilayah pemukiman akibat dampak dari peningkatan jumlah penduduk. Sementara itu di sisi lain tingginya harga tanah di perkotaan menjadi faktor tambahan sehingga banyak masyarakat memilih tinggal di daerah yang dalam kawasan milik pemerintah.
Maka dari karena itu, pihaknya (DPRD Kutim) tidak menolak perubahan dalam Perda RTRW tersebut, tapi untuk penentuan luasan KBAK harus mempertimbangkan kepentingan global dan Indonesia.
“Semua harus diakomodir, tapi setidaknya tidak terlalu jauh perubahannya luasan KBAK, karena Kaltim ini dipercayakan menjadi paru-paru dunia,” jelasnya.
Ia meminta agar draf Perda RTRW Provinsi Kaltim khusus untuk luasan lahan KBAK perlu dikaji ulang, mengingat Kaltim sudah dimandatkan menjadi sumber oksigen dunia.
“Pak gubernur kita ini kan sudah keluar masuk Eropa karena Kaltim menjadi paru-paru dunia. Kita harus menjaga kepercayaan itu. Harapannya harus kaji lagi perubahan luasan lahan KBAK,” tuturnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, hidup manusia tidak bisa lepas dari oksigen pemeliharaan lingkungan dan penyediaan bentang alam sangat diperlukan, jika minim maka krisis oksigen akan menghantam dunia.