Insitekaltim, Bali-Cahaya obor menari dalam gelap, menerangi wajah-wajah penuh kekaguman. Di bawah tebing Uluwatu yang menjulang, suara “cak-cak-cak” dari 70 pria menggema, membawa cerita epik Ramayana hidup di hadapan penonton.
Tari Kecak malam itu bukan hanya pertunjukan seni dan itu adalah pengalaman magis yang menggetarkan jiwa.

“Ini bukan sekadar tarian. Rasanya seperti pintu ke dunia lain terbuka di depan kita,” ujar Mohammad Sukri, CEO Media Sukri Indonesia (MSI) Group, sambil memandang ke arah panggung.
Pertunjukan di Pura Uluwatu menjadi puncak perjalanan MSI Group di Bali. Namun, untuk sampai pada momen ini, mereka telah menapaki kisah yang penuh warna, mulai dari adrenalin hingga kedamaian yang menenangkan jiwa.
Menantang Ombak di Pantai Tanjung Benoa
Beberapa jam sebelum menikmati keajaiban Uluwatu, rombongan MSI Group merasakan sensasi berbeda di Pantai Tanjung Benoa. Aminah dan Ira, dua wartawan MSI, memberanikan diri mencoba jetski untuk pertama kalinya. Tawa mereka pecah saat melaju di atas air, menantang ombak dengan penuh keberanian.
“Awalnya deg-degan, tapi begitu jalan, rasanya luar biasa. Ini pengalaman yang nggak akan saya lupakan,” kata Aminah, masih dengan mata berbinar.
Keseruan itu menjadi pelipur dari pagi dimulai dengan hujan gerimis di Tanah Lot. Meski basah kuyup, semangat mereka tetap membara saat melihat pura megah berdiri kokoh di atas batu karang. Ombak menghantam tanpa henti, tapi keagungan tempat itu tidak tergoyahkan.
“Tanah Lot mengajarkan kita bahwa kekuatan sejati ada pada keteguhan menghadapi tantangan,” ujar Adi, salah satu anggota rombongan.

Hijau yang Menenangkan di Tengah Kabut
Sehari sebelumnya, perjalanan MSI Group lebih tenang, dengan fokus pada keindahan alam. Pagi itu dimulai di Desa Penglipuran, sebuah tempat yang membuat waktu terasa berjalan mundur. Rumah-rumah tradisional yang rapi dan taman-taman bunga yang asri membuat setiap langkah di sana seperti berada dalam buku dongeng.
“Di sini, hidup terasa lebih sederhana, tapi penuh makna. Ini pengingat bahwa kebahagiaan seringkali ada di hal-hal kecil,” kata Ira, sambil mengagumi jalanan desa yang bersih.
Perjalanan dilanjutkan ke Jatiluwih Rice Terrace, lanskap sawah bertingkat yang diakui UNESCO sebagai situs warisan dunia. Hamparan hijau sejauh mata memandang memberikan ketenangan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.
Namun, langit muram menyambut rombongan saat mereka tiba di Kintamani. Kabut tebal menyelimuti pemandangan Gunung Batur, menghilangkan panorama indah yang biasanya terlihat. Meski begitu, suasana hangat terjalin saat mereka berbagi hidangan khas Bali di sebuah restoran lokal.
“Kadang kita tidak bisa mengontrol keadaan, tapi kita bisa menikmati momen dengan cara lain,” ujar Sucilawati, CEO Insitekaltim.
Keseruan yang Diawali Sambutan Hangat di Awal Perjalanan
Perjalanan MSI Group yang seru diatas ternyata dimulai dengan antusiasme tinggi. Hari pertama mereka di Bali diisi dengan kunjungan ke Kantor Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Bali. Di sana, diskusi tentang perkembangan media digital berlangsung dalam suasana akrab dan inspiratif.
“Kunjungan ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar, kerja sama untuk memperkuat ekosistem media di Indonesia,” kata Mohammad Sukri dalam pertemuan kala itu.
Malam harinya, mereka mencicipi hidangan khas Bali, Nasi Tempong. Sambalnya yang pedas menjadi pembuka perjalanan penuh rasa yang tak terlupakan.
Pelajaran dari Setiap Langkah
Dari Pura Uluwatu hingga Desa Penglipuran, perjalanan ini mengajarkan rombongan MSI Group tentang harmoni. Harmoni antara manusia dan alam, modernitas dan tradisi serta kerja keras dan kebersamaan.
“Bali bukan hanya tentang keindahan, tetapi tentang bagaimana kita menemukan keseimbangan dalam hidup,” ujar Sukri menutup perjalanan.
Kenangan ini akan terus hidup di hati mereka, mengingatkan bahwa setiap perjalanan memiliki cerita dan pelajaran yang tak ternilai, sampai ketemu lagi.