
Reporter: Nuril – Editor: Redaksi
Insitekaltim, Sangatta – Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur (Dinkes Kutim) menepis isu miring persoalan penurunan efektivitas Vaksin Sinovac.
Maraknya isu miring perihal Vaksin Sinovac yang diimpor oleh Indonesia dari negara China meresahkan masyarakat yang awam perihal kesehatan khususnya vaksin. Hal itu juga dapat menjadikan salah satu penyebab masyarakat enggan mengikuti program vaksinasi yang dilaksanakan secara masal ini.
“Vaksin Sinovac memiliki efektivitas lebih dari 50 persen. Sedangkan menurut World Health Organization (WHO) syarat standar efektivitas vaksin minimal sebesar 50 persen,” ujar Kepala Dinkes Kutim, Bahrani Hasanal kepada media Insitekaltim.com saat ditemui di ruangannya, Kantor Dinas Kesehatan Kutim, Kawasan Bukit Pelangi, Sangatta beberapa hari yang lalu.
Bahrani, mantan Direktur RSUD Kudungga Sangatta itu juga menjelaskan bahwa vaksin Sinovac masih masuk kriteria standar efektivitas vaksin Covid-19.
Ia juga menyampaikan bahwa salah satu alasan pemerintah mengimpor Vaksin Sinovac karena mudah didapatkan.
“Sedangkan akhir-akhir ini negara produsen vaksin banyak yang menahan produknya lantaran akan digunakan untuk masyarakatnya sendiri. Sehingga distribusi vaksin termasuk Vaksin Sinovac mulai tersendat,” jelas Bahrani
Untuk itu, Bahrani mengimbau kepada masyarakat bahwasanya masyarakat tidak perlu memikirkan hal seperti keefektifan vaksin yang datang ke Indonesia. Dalam hal ini tentunya pemerintah tidak akan mengimpor produk yang merugikan negaranya sendiri.
“Bahkan dari Komisi Nasional (Komnas) Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ( KIPI) Indonesia menyatakan bahwa tidak ada efek samping yang tinggi dari Vaksin Sinovac,” pungkas Bahrani.
Hal itu menunjukkan bahwa Vaksin Sinovac yang digunakan di Indonesia masih tergolong aman. Untuk itu masyarakat diharapkan dapat mendukung program vaksinasi massal dari pemerintah.