Insitekaltim, Samarinda – Akademisi Laili Komariyah menilai kepala sekolah yang visioner merupakan aset berharga bagi para guru. Menurutnya, kepemimpinan yang memiliki arah jelas akan membawa sekolah menuju kemajuan yang layak diperjuangkan.
Hal itu disampaikannya dalam acara bedah buku “Jejak Pena Sang Guru” serta “Buku Panduan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Tingkat SMA” di SMAN 16 Samarinda, Kamis, 30 Januari 2025. Ia menekankan bahwa proses bedah buku adalah tahapan penting agar sebuah buku mendekati ideal.
“Kita bisa menganalisis dan mengkaji buku secara mendalam agar pesan dan tema yang disampaikan jelas bagi pembaca,” ujarnya.
Dalam pemaparan para guru, Laili melihat bahwa analisis mereka sudah luar biasa. Ia pun memberikan pendalaman terhadap isi buku guna meminimalkan kesalahpahaman pembaca. Salah satu poin yang dibahas adalah bahwa buku P5 tidak harus sama dengan sekolah lain.
“Panduan buku disesuaikan dengan kebutuhan sekolah, termasuk jumlah halaman dan pemetaan tema yang relevan,” jelasnya.
Ia juga menggarisbawahi perubahan pada karakter P5 dari enam menjadi delapan karakter. Perubahan itu mencakup penggabungan aspek religius dan bermoral serta penguatan nilai cerdas, disiplin, dan tertib.
“Secara umum, tema dan makna kedua buku ini sudah sesuai. Pemahaman terhadap P5 melalui buku ini akan semakin rasional dan aplikatif,” tutup Laili.
Di samping itu, akademisi lainnya, Mu’ammar menyoroti pentingnya penguatan literasi di kalangan guru dan staf sekolah dalam acara bedah buku “Jejak Pena Sang Guru” serta “Buku Panduan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila” di SMAN 16 Samarinda.
Ia mengapresiasi peran Kepala SMAN 16 Samarinda Abdul Rozak Fahrudin yang mendorong para pendidik untuk aktif menulis, serta menilai kualitas tulisan dalam buku tersebut sudah baik dan minim kekurangan.
Menurutnya, keberhasilan sebuah buku tidak hanya terletak pada isi, tetapi juga pada dampak dan kontribusinya.
“Percuma menulis buku jika tidak bisa terjual,” ujarnya.
Semakin besar pengaruh buku, semakin terlihat kemampuan penulis dalam menyampaikan gagasannya. Buku “Jejak Pena Sang Guru”, disebutnya sebagai bukti nyata kolaborasi antara guru dan staf dalam meninggalkan warisan intelektual.
Mu’ammar juga menjelaskan tiga prinsip utama dalam menulis, yakni etos, yang mencerminkan kejelasan sumber dan pertanggungjawaban isi. Lalu, logos, yang memastikan aspek ilmiah dapat dipahami pembaca. Terakhir, pathos, yang memungkinkan pembaca merasakan ekspresi dan pesan dalam tulisan.
Ia menekankan pentingnya pemahaman kerangka berpikir dalam menulis agar hasilnya berkualitas. Dengan memenuhi kaidah yang tepat, sebuah buku dapat lebih menarik dan memiliki nilai jual yang tinggi.
“Menulis harus berdasarkan bidang yang kita kuasai,” katanya.