Insitekaltim,Samarinda – Limbah alam sering terabaikan oleh masyarakat dan pada akhirnya hanya menjadi sampah yang menumpuk tak bernilai. Tapi di tangan siswa dan siswi SMA Negeri 7 Samarinda, semua sisa alam ini bisa menjadi pundi-pundi rupiah yang menjanjikan.

Ini dinamakan ecoprint. Sesuai dengan namanya, dari kata eco yang asalnya dari kata ekosistem (alam) dan print yang artinya mencetak. Anak-anak menyulap kain polos menjadi kain dengan seni yang unik.
Ecoprint ini dibuat dengan cara mencetak dengan bahan-bahan yang terdapat di alam sekitar berupa dedaunan, bunga, batang bahkan ranting yang nantinya akan menjadi motif pada kain.
Sukses menarik perhatian pengunjung, wastra dari hasil ecoprint buatan siswa ini dinilai Sekretaris Camat Loa Janan Ilir Eko Russianto memiliki nilai jual tinggi dengan keunikan khas alam yang ditawarkan. Seolah terkesan, ia tak henti membuka lembar demi lembar lipatan kain untuk melihat motif indah itu.
“Alhamdulillah ini sangat berkesan sekali, apalagi ini merupakan produk lokal dari SMA Negeri 7 Samarinda. Ini merupakan kreativitas yang dilahirkan murni memanfaatkan bahan-bahan alam di sekitar kita,” ungkap Eko, Senin (13/5/2024).
Melihat karya eksotis ini, ia mengungkapkan bahwa wastra tersebut hanya perlu sentuhan keberanian warna untuk lebih menarik perhatian terutama kaum hawa yang mencintai produk fesyen unik. Secara kualitas fisik dan tampilan keseluruhan, Eko mengaku sudah sangat baik.
Produk tersebut dilihatnya tidak jauh berbeda dengan produk hasil buatan pengrajin profesional yang telah berkecimpung lama di industri serupa. Ia hanya berpesan agar komponen warna dapat ditingkatkan sesuai konsumsi di pasaran.
Kemudian, ia mewakili pihak Kecamatan Loa Janan Ilir meyakinkan pihak SMAN 7 Samarinda untuk mulai mematenkan wastra tersebut. Tidak menutup kemungkinan bahwa wastra ini akan membuka peluang menjadikan wilayah SMAN 7 sebagai daerah wisata.
Eko juga menjelaskan bahwa dirinya akan berkoordinasi secara langsung dengan Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Kota Samarinda untuk mencari tahu bagaimana cara sertifikasi wastra dan mengemasnya agar bisa terjual secara nasional.
“Kita akan sampaikan kepada Dinas Koperasi dan UMKM, bagaimana sertifikasinya dan packaging-nya, supaya bisa menjual dan siapa tahu nanti di daerah sini bisa kita jadikan daerah wisata untuk penghasil ecoprint,” tutupnya.
Di sisi lain, para guru SMAN 7 Samarinda yang merupakan koordinator wastra ecoprint Emi Sugiarti dan Ana Merlin Wijaya menyebutkan bahwa mereka bersama siswa yang terlibat memerlukan waktu kurang lebih satu minggu untuk menyelesaikan satu produk.
“Benar, ini karya anak-anak SMAN 7, di mana kita hanya memanfaatkan daun atau bahan alam di sekitar,” kata keduanya bersemangat.
Hanya memanfaatkan bahan alam dari sekolah, ruang kelas khusus keterampilan dan kain, keduanya mengaku dapat menjual wastra tersebut dengan nilai menjanjikan. Rp200 ribu untuk kain 2×1 meter dan Rp300-Rp400 ribu untuk busana.
Wastra ecoprint ini ditampilkan dan sekaligus diperjualbelikan saat acara puncak Hari Ulang Tahun (HUT) ke-33 SMA Negeri 7 Samarinda. Harapannya hasil karya ini bisa mendapat tempat di hati masyarakat untuk mengurangi limbah alam. Juga menjadi contoh untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.