Insitekaltim, Turki – Berada di negeri orang pada hari Jumat tentu berbeda. Apalagi bagi para pria muslim. Hal pertama yang dipikirkan, dimana ibadah salat Jumat nanti akan dilakukan. Belum lagi pertanyaan dalam hati, apakah ibadah salat Jumat nanti akan sama seperti salat yang biasa dilakukan di Tanah Air.
Keraguan itu juga yang dirasakan peserta paket umrah dan liburan ke Turki, PT Sultanah Nafisah. Salah satunya, Amin dari Jakarta.
Kekhawatirannya terjawab setelah pemandu tur, Emre, memberi penjelasan. Mereka akan makan siang di sekitar Uchisar, Nevsehir, dan setelahnya lanjut menunaikan ibadah salat Jumat.
“Masjid tidak jauh dari tempat makan ini. Waktu salat Jumat juga masih cukup aman,” kata Emre.
Setelah makan siang, mereka pun langsung menuju masjid yang dimaksud yakni Ortahisar Kasabasi, Bahceleivler Yeni Camii. Amin mengaku sangat senang, karena salat Jumat tetap bisa ditunaikan dengan baik dan lancar meski di negeri orang.
“Alhamdulillah bisa salat Jumat di Uchisar Cappadocia,” bangga Amin.
Suasana salat Jumat di Uchisar tak sama dengan hampir di sebagian besar masjid di Indonesia. Seperti tidak ada tanda-tanda akan ada salat Jumat. Tidak ada kerumunan jemaah yang masih mengobrol di luar masjid. Mereka datang berwudhu langsung masuk masjid.
Tidak ada juga yang berkumpul berbelanja jajanan dalam pasar dadakan yang muncul di sekitar masjid berjualan pentol, bakso, soto dan berbagai minuman saset. Di Turki, semua berlangsung senyap dan perlahan.
Rombongan turis Indonesia datang setelah azan, sehingga setelahnya tidak terdengar apapun dari dalam masjid. Begitu pun suara muazin tidak terdengar di dalam masjid.
Setiap jemaah langsung berwudhu dan langsung naik ke lantai 2 masjid yang pintunya tertutup rapat. AC dimatikan karena cuaca di luar sekitar 4-6 derajat. Di Turki masih musim dingin.
Bagi jemaah dari luar negeri, khususnya Indonesia, harus kuat menahan dingin. Sebab air untuk berwudhu sangat-sangat dingin, bahkan hingga di bawah nol derajat.
Jemaah lalu naik ke lantai 2, tempat salat. Semua sepatu ditaruh di tempat yang sudah disediakan. Tanpa nomor atau kartu penitipan.
Hebatnya, warga Uchisar sangat tertib. Sepatu sebagus apapun ditaruh di tempat sepatu yang terbuka tetap aman. Tidak ada yang pulang berniat mencuri.
Salat Jumat kemarin dipimpin imam, Omer Uslu. Dia bertindak sebagai khotib, sekaligus imam salat Jumat tersebut. Omer adalah imam besar masjid itu.
Begitu memasuki ruangan masjid, khotib sudah di atas mimbar. Saat khotbah berlangsung, tak ada suara keluar dari masjid karena pengeras suara hanya dibunyikan untuk jemaah di dalam ruangan masjid. Di dalam masjid, suara khotib sangat jelas terdengar dalam bahasa Turki.
Hampir semua jemaah menggunakan jaket, jas atau kain tebal saat melaksanakan ibadah salat. Sebagian besar juga mengenakan kaos kaki.
Secara umum bacaan dalam proses salat Jumat sama dengan di Indonesia. Di masjid Uchisar ini tak ada bacaan muazin di antara kedua khotbah.
“Khotib tadi berpesan, sepanjang manusia berpegang kepada Al-Qur’an dan hadits, maka setiap muslim akan selamat dan tidak akan tersesat dalam kehidupan,” kata Emre, pemandu tur.
Saat salat, Imam Omer Uslu membacakan dua surah pendek. Rakaat pertama Surah Al-Kafirun dan rakaat kedua Surah Al-Ikhlas.
Selesai salat, zikir tetap ada hanya formatnya dipimpin oleh muazin. Sesekali disambung bacaan doa oleh imam. Di ujungnya, Imam Omer Uslu menyilangkan tangan kanannya di dada dan sesekali menundukkan kepala sebagai tanda hormat. Tidak ada salam-salaman, hingga jemaah perlahan meninggalkan masjid. Di luar sudah disiapkan dua kotak amal kecil yang terbuka (tidak tertutup kaca atau besi).
Sebagian besar jemaah Indonesia menaruh Lira (mata uang Turki) ke kotak amal yang disiapkan di pintu keluar. Jumlahnya antara 100 hingga 200 Lira. Satu Lira setara dengan Rp500.
“Alhamdulillah, bisa salat Jumat di sini,” kata Sugiyanto, turis asal Yogyakarta, setelah meninggalkan 200 Lira di kotak amal itu.
Selama tur di Uchisar, Cappadocia, mereka sudah mendatangi Lembah Merpati, Benteng Uchisar (Uchisar Castle), Love Valey dan Tur Safari Jeep.
Sayang, pada hari itu pihak berwenang setempat tidak mengizinkan balon udara terbang karena faktor cuaca (angin). Sehingga pemandangan indah Cappadocia dari balon udara tidak bisa dinikmati dan abadikan dalam foto dan video. Mungkin lain waktu bisa kembali ke Turki.