
Insitekaltim,Samarinda – Masalah kemiskinan menjadi momok menakutkan bagi pemerintah. Belum teratasi secara menyeluruh, muncul juga masalah lain yang masih sama, bahkan lebih miris, yakni kemiskinan ekstrem.
Kemiskinan merupakan ketidakmampuan penduduk dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran atau yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan wilayah tersebut.
Kemiskinan ekstrem sendiri adalah kondisi ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar yaitu kebutuhan makanan, air minum bersih, sanitasi layak, kesehatan, tempat tinggal, pendidikan dan akses informasi yang tidak hanya terbatas pada pendapatan, tetapi juga akses pada layanan sosial.
Menurut Ketua Komisi IV DPRD Kota Samarinda Sri Puji Astuti, kemiskinan ekstrem sangatlah memprihatinkan. Walau sudah melakukan berbagai langkah untuk menanggulanginya, namun tidak akan mudah jika dilakukan hanya bergantung pada sebelah pihak.
Di mana, ia menjelaskan, diperlukan kolaborasi lintas sektor yang harus dilakukan baik antarlembaga, instansi, organisasi perangkat daerah (OPD), tokoh sosial dan keagamaan, serta masyarakat.
Kemudian, Puji sapaan akrabnya ini menekankan bahwa yang paling penting dibutuhkan kolaborasi melalui kesadaran dari masyarakat itu sendiri. Kesadaran akan keinginan untuk memperbaiki kualitas hidup dengan kemauan keras melawan arus kemiskinan.
Selain itu, politikus Partai Demokrat ini menyebutkan apabila masyarakat terlalu larut dalam ‘timangan’ pemerintah melalui subsidi atas kemalasannya, hanya akan menjadikan diri mereka seperti layaknya bermental pengemis.
“Masyarakat terlena dengan bantuan pemerintah dan pribadi-pribadi yang senang mendapatkan bantuan daripada berusaha ini, seperti mengemis, kalau bisa kita buang dari mindset kita,” jelasnya.
Salah satu usaha paling pertama untuk memiliki kesadaran antimengemis ia sampaikan, yakni memiliki pegangan agama yang kuat. Semua agama mengajarkan untuk bersemangat menjalani kehidupan dengan pikiran yang sehat, juga pantang meminta.
Selain itu, penting juga menerapkan kepentingan moral bermasyarakat atas kepentingan pribadi. Artinya menolong sesama dengan memberi makan banyak perut, jauh lebih baik dari mengenyangkan diri sendiri.
“Caranya adalah harus memiliki pegangan agama yang kuat, moralitas. Keterlibatan masyarakat sekitar kita juga, melihat tetangga kita kelaparan masa tega?” ujarnya.
Ia berharap semakin banyak masyarakat yang sadar dalam hal memiliki kemauan untuk hidup yang lebih baik. Baginya, setiap usaha pasti membuahkan hasil. Maka itu, kesadaran kecil masyarakat untuk berubah dari mental ‘miskin’ dan menolong sesama perlu dibentuk.