Insitekaltim – Gubernur Kaltim H Isran Noor membuka Focus Group Discussion (FGD) Review Satu Dekade Komitmen Pembangunan Berkelanjutan Kalimantan Timur 2019.
Menurut dia, forum diskusi seperti ini sangat bermanfaat dan strategis dalam merumuskan upaya-upaya penanggulangan sekaligus pemulihan kondisi alam dan lingkungan secara komprehensif.
Tentu tidak hanya Dewan Daerah Perubahan Iklim (DDPI) ujarnya, tapi bagaimana semua lintas sektor berperan dan aktif terlibat dalam upaya-upaya perbaikan tersebut.
Diakuinya, selama kurun waktu 25 tahun terakhir ini hutan dan lingkungan Kaltim telah “carek” alias sobek dan hancur akibat eksplorasi dan eksploitasi yang berlebihan (tanpa batas) tidak ramah lingkungan.
“Kita melihat kondisi lingkungan ini bukan hanya rusak tapi sudah carek bahasa kami di sini. Keadaan ini menuntut segera ditangani,” katanya di Ruang Rapat Tepian 2 Kantor Gubernur Kaltim, Rabu (30/1/2019).
Apalagi lanjutnya, keadaan alam nampak dilihat dari udara sangat jelas bolong-bolong (lubang-lubang) menganga (terbuka) di mana-mana tanpa ada kejelasan kapan ditimbun (ditutup/reklamasi).
Kondisi akibat kegiatan yang tidak ramah lingkungan oleh perusahaan-perusahaan bergerak di bidang batu bara, sehingga membuat lahan-lahan produktif dan indah menjadi lapangan-lapangan kosong yang tidak menghasilkan.
“Inilah kondisi riil yang dihadapi masyarakat dan tantangan kita bersama serta DDPI dengan instansi terkait untuk menyelesaikannya,” ungkap Isran.
Tampak Ketua Harian DDPI Kaltim Profesor Daddy Ruchiyat dengan narasumber Ketua Pokja LULUCF/REDD+ Profesor Mustofa Agung Sarjono, Ketua Pokja Green Growth Profesor Soeyitno Soedirman dan Ketua Pokja MRV Dr Fadjar Pambudi.
FGD diikuti puluhan peserta dari dinas/instansi terkait di lingkup Pemprov Katim, LSM, akademisi dan kementerian/lembaga/instansi vertikal. (yans/sul/humasprov kaltim)