
Insitekaltim, Samarinda – Suasana memanas saat Rapat Komisi Gabungan DPRD Kaltim, menggelar rapat dengar pendapat (RDP) di Ruang E DPRD Kaltim, dengan tegas mengeluarkan 2 orang utusan dari perusahaan. Alasannya sangat sepele, karena tidak mendapatkan tiket pesawat.
Padahal, rapat akan membahas tanggung jawab perusahaan untuk mengganti kerusakan fender agar kembali aman untuk melindungi tiang-tiang jembatan.
Belum lama, penabrakan fender Jembatan Mahakam I pada 16 Februari 2025, oleh tongkang PT Pelayaran Mitra Tujuh Samudra, namun selang beberapa bulan, penabrakan fender kembali terjadi pada Sabtu 26 April 2025., oleh PT Energi Samudera Logistic.
Celakanya, direktur perusahaan yang menabrak jembatan hanya mengutus kuasa hukum yang tak bisa mengambil keputusan apapun,
“Kami sangat menyayangkan ketidakhadiran direktur PT Pelayaran Mitra Tujuh Samudra. Mereka hanya mengirimkan kuasa hukum yang tidak bisa mengambil keputusan. Terpaksa kami keluarkan,” kata Anggota DPRD Kaltim Komisi III Muziburrahman usai RDP di DPRD Kaltim, pada Senin malam, 28 April 2025,
Muziburrahman menilai tidak ada iktikad baik dari perusahaan untuk menuntaskan permasalahan ini. Sebab seharusnya, diskusi tentang keputusan penggantian fender jembatan itu harus dihadiri pihak yang berwenang di perusahaan untuk mengambil keputusan. Sehingga bisa segera diambil langkah bagi penyelesaian masalah ini, dan masyarakat bisa tenang menggunakan fungsi dari jembatan yang sangat bersejarah di Kota Samarinda itu.
Muzib, sapaan akrabnya, juga meminta agar penabrakan terbaru yang dilakukan oleh tongkang PT Energi Samudera Logistic juga dilakukan pengusutan hingga tuntas. Perusahaan-perusahaan itu harus bertanggung jawab demi keselamatan masyarakat, khususnya para pengguna jembatan.
Sementara demi keselamatan pengguna jembatan, Muzib mengingatkan agar hari ini segera dilakukan investigasi pihak terkait untuk melihat seberapa parah kerusakan fender dan efeknya terhadap keamanan jembatan.
“Kalau bisa disetop dulu, seberapa parah jalur atasnya dan untuk jalur bawah setop total sampai ada fender lagi,” tegas Muzib.
Muzib sangat khawatir kejadian yang sama terulang di waktu yang lain. Apalagi di bawah sudah tidak ada fender.
“Kalau ada apa-apa ponton pasti akan langsung menabrak tiang jembatan. Kita tidak ingin kejadian jembatan runtuh di Tenggarong, terjadi di sini. Apalagi terjadi di jam sibuk. Nauzubillah minzalik,” seru Muzib.
Ia menyarankan untuk sementara masyarakat bersabar, jika kemudian dilakukan penutupan jembatan untuk keperluan investigasi. Hal ini penting agar ada jaminan keselamatan dan keamanan terlebih dahulu sebelum jembatan benar-benar bisa dilintasi.
“Mungkin sementara jalur atas ditutup dulu. Lebih baik kita mengalah lewat Jembatan Mahulu atau Jembatan Mahkota daripada nanti ada hal-hal yang tidak kita ingin terjadi. Kita ngalah dulu mutar, yang penting keselamatan terjamin,” harap Muzib.
Penutupan jembatan dan alur Sungai Mahakam diakuinya pasti akan berdampak pada aktivitas ekonomi. Namun menurutnya, sepanjang belum ada jaminan keselamatan dan keamanan terkait pengoperasian jembatan, maka sebaiknya Jembatan Mahakam I untuk sementara tidak dilintasi terlebih dulu.
“Aspek ekonomi penting tetapi lebih penting lagi nyawa rakyat Kalimantan Timur,”harap Muzib.