Reporter : Nada – Editor : Redaksi
Insitekaltim, Samarinda – Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hj. Hetifah Sjaifudian hari ini hadir dalam seminar pendidikan yang digelar oleh Komunitas Mata Garuda Kaltim bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan tajuk ‘Kesiapan SDM Kalimantan Timur dalam Menyambut Pemindahan Ibu Kota Negara, Sabtu (02/11/2019) di Magara Cafe and Carwash Jalan Juanda 1, Samarinda.
Acara ini juga dihadiri oleh Dr. Sugeng Chairuddin Sekretaris Daerah Kota Samarinda, Roselina Ping Juan Kordinator Distrik Tanoto Foundation, dan Arwin Sanjaya Dosen FISIPOL Unmul serta para peserta yang berasal dari mahasiswa berbagai universitas di Kota Samarinda.
Dalam materi yang ia sampaikan, Hetifah mengatakan bahwa warga Kaltim harus belajar dari orang Betawi.
“Film ‘Si Doel’ itu mengajarkan kita untuk terus semangat dalam menempuh pendidikan,” katanya.
Tetapi disisi lain, Hetifah juga tidak ingin warga Kaltim mengalami nasib seperti warga Jakarta.
“Namun saya tidak ingin Kaltim seperti Jakarta, terutama warganya. Jangan sampai warga asli Kaltim posisinya tergeser dengan warga lain. Kita harus bisa mempertahankan atau bahkan mengembangkan apa yang Kaltim miliki,” lanjutnya.
Hetifah menambahkan, dirinya akan terus memberikan dukungan secara maksimal untuk menyongsong warga Kaltim agar lebih siap dalam berbagai aspek.
“Support kecil untuk seminar seperti ini contohnya, ini bisa memberikan kita kesempatan untuk bertukar ilmu,” tambahnya.
Hetifah mengatakan, jangan sampai SDM yang berkualitas dari Kaltim tidak dikelola menejemen talentanya.
“Sayangkan seperti tadi, sudah lulus, kuliah mendapatkan beasiswa namun tidak diberikan kesempatan untuk menunjukan hal apa yang ia kuasai,” tuturnya.
Sugeng Chairuddin, juga memberikan tanggapannya terkait hal tersebut.
“Pertama, kita harus lihat hasil penelitian dari suatu lembaga yang mengatakan bahwa mereka telah melakukan survey kepada para ASN dari kementerian, dengan perbandingan antara yang mau pindah ke Kaltim atau pensiun dini. Dan hasilnya banyak yang memilih untuk pensiun dini dari pada diminta untuk pindah ke Kaltim,” ujarnya
Sugeng melanjutkan, dari hasil survey tesebut ASN Kementerian lebih senang pensiun dari pada harus pindah.
“Kurang lebih 18% sekian yang memilih mau dipindah. Nah dari hasil tersebut, kita bisa melihat bahwa daerah penyangga IKN Kaltim memiliki 2 kesempatan yaitu peluang sekaligus tantangan. Peluangnya, di Kementerian itu kosong nanti, tantangannya orang-orang Kaltim harus menyiapkan diri untuk bisa sejajar untuk bisa mengisi tempat kosong itu. SDM harus dipersiapkan, kalau kami di pemerintahan akan terus meningkatkan mutu pendidikan melalui diskusi serta forum. Di luar pemerintahan, kita sedang menyusun road map dan mengarahkan perguruan tinggi dengan basis apa yang dibutuhkan IKN,” tutupnya.