
Insitekaltim, Sangatta – Minimnya fasilitas penunjang pelabuhan di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) dinilai menghambat laju pertumbuhan empat sektor di Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batuta Trans Kalimantan (KEK MBTK). Minimnya fasilitas di KEK MBTK juga membuat kawasan ekonomi khusus yang diresmikan pada 1 April 2019 itu masih sepi peminat
Empat sektor yang dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi di Kutim yaitu sektor perkebunan sawit, industri kayu, sektor industri energi dan sektor logistik.
“Empat sektor itu ditetapkan oleh peraturan pemerintah maupun keputusan presiden. Namun tidak menutup kemungkinan dari empat sektor tadi tumbuh sektor yang lain selama nilai investasinya di atas Rp100 miliar,” ungkap Kepala Dinas Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kabupaten Kutim Teguh Santoso kepada wartawan di ruang kerjanya, Senin (13/2/2023).
Dikatakannya, infrastruktur pelabuhan di Kutim sudah cukup mendukung akses tranportasi.
“Kalau untuk pelabuhan sudah clear. Cuman permasalahannya fasilitas yang lain kan masih belum lengkap. Fasilitas yang lain ini tentunya Badan Usaha Pembangunan dan Pengelola MBTK akan menunjuk badan pengelola pelabuhan, entah siapa yang ditunjuk kita tidak tahu,” ujarnya.
Teguh menerangkan, sejauh ini hanya sektor industri perkebunan sawit yang telah menanamkan investasinya di KEK MBTK.
Hal itu telah dilakukan dengan membuat memorandum of understanding (MoU) antara Pemerintah Kabupaten Kutim bersama dengan PT Palma Serasih Internasional (PSI) dengan nilai investasi sebesar Rp55 miliar.
“Palma Serasih selain sudah mendirikan Bulking Station, mereka masih bergerak di bidang hulu lagi. Mereka akan menambah perkebunan. Nah apabila kebunnya ini sudah memenuhi kebutuhan bulking station, maka refinery akan mereka tambah lagi,” tandasnya.