Insitekaltim, Nusa Tenggara Barat – Tanah hitam di Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi aset penting bagi ketahanan pangan dan mitigasi perubahan iklim. Luasnya mencapai 71.659 hektare, tersebar di Pulau Lombok dan sebagian Pulau Sumbawa.
Dengan luas puluhan ribu hektare itu, terdapat potensi besar untuk mendukung produktivitas pertanian dan ekonomi hijau.
Kendati demikian, Periset Pusat Riset Tanaman Pangan Badan Riset Indonesia Nasional (BRIN) Ahmad Suriadi mengungkapkan terdapat hal penting guna memanfaatkan potensi tersebut.
“Namun, pengelolaan yang berkelanjutan menjadi kunci agar tanah ini tetap produktif,” katanya Minggu, 12 Januari 2025.
Tanah ini kaya akan kalsium dan magnesium, dengan curah hujan rendah (1.000-1.500 mm per tahun).
Komoditas seperti padi, jagung, kedelai, dan hortikultura menjadi pilihan utama para petani di wilayah ini. Selain itu, sistem agroforestri dan perkebunan seperti mete dan mangga juga dikembangkan.
Berbagai riset, seperti tumpangsari dan pertanian konservasi, terus dilakukan untuk menjaga keberlanjutan lahan ini. Smart farming for black soil juga diinisiasi BRIN untuk memaksimalkan potensi tanah hitam sebagai pahlawan ketahanan pangan NTB.