Insitekaltim,Samarinda – Tarian Hudoq asal Kabupaten Kutim diakui Kanwil Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Kaltim. Sertifikat Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) telah diterima oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutim di Ballroom Hotel Aston, Samarinda pada Selasa (20/6/2023).
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutai Timur Mulyono yang menerima sertifikat tersebut mengapresiasi Tarian Hudoq telah berhasil mendapatkan pengakuan hukum lewat sertifikat KIK.
Mulyono mengatakan setelah Tarian Hudoq, masih ada PR yang harus diperjuangkan Disdikbud Kutim untuk mendapatkan sertifikat KIK untuk tiga tari tradisional yakni Tarian Upacara Nom lan, Lom Plai, dan Tari Gong
“Tiga tarian lainnya, yaitu tarian upacara Nom lan, Lom Plai, dan Tari Gong masih dalam proses pengajuan. Kami berharap mereka juga akan segera mendapatkan pengakuan serupa,” ungkap Mulyono usai acara.
Mulyono juga menambahkan bahwa masih banyak tarian lainnya yang ada di Kutai Timur. Dalam hal ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kutai Timur sedang melakukan pemutahiran data terkait kekayaan budaya daerah.
“Proses pengajuan tarian-tarian tersebut dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,” tambahnya.
Lebih lanjut menurutnya, Tarian Hudoq termasuk dalam kesenian barongan dan memiliki ciri khas kostum dan topeng. Para penari Hudoq mengenakan busana yang terbuat dari kulit pohon yang ditutupi rumbai daun pisang. Beberapa penari juga menggunakan daun kelapa dan topeng berbulu yang menyerupai kepala binatang. Selain itu, mereka juga memegang tongkat kayu di tangan kanan.
Di Kabupaten Kutai Timur, khususnya di Kecamatan Muara Wahau, setiap tahunnya suku Dayak Wehea merayakan pesta adat bernama Lom Plai.
Tarian Hudoq dapat dilakukan oleh pria, wanita, anak-anak, maupun dewasa. Selain sebagai sarana ungkapan syukur, tarian ini juga dipercaya memiliki kekuatan penyembuhan terhadap penyakit tertentu dan dapat membawa semangat atau roh padi.
“Tujuan sebenarnya dari Tarian Hudoq adalah untuk memastikan bahwa pada musim tanam berikutnya, padi akan tumbuh subur dengan bulir yang lebat dan berisi. Tarian ini memiliki makna sakral dalam kehidupan suku Dayak, di mana mereka memohon kepada Sang Pencipta agar memberikan rezeki yang melimpah dan hasil panen yang baik pada tahun mendatang,” terangnya.
“Kami bersama tim sedang mendata memasuki wilayah-wilayah pedalaman untuk mendata tari, situs dan budaya kita,” imbuhnya.
Selama Tarian Hudoq, juga disajikan makanan berupa ketupat dan pisang sebagai bentuk sedekah kepada para dewa. Dalam kepercayaan suku Dayak, sedekah ini bertujuan agar para dewa menjadi murah hati dalam memberikan anugerah dan rezeki yang melimpah bagi masyarakat.
Dalam proses pemilihan penari dan persiapan tarian ini, suku Dayak melibatkan seluruh masyarakat sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya. Generasi muda diajarkan untuk menguasai gerakan dan teknik dalam Tarian Hudoq,
“Semoga acara ini menjadi sarana sehingga tradisi ini dapat terus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi mendatang,” harapnya.