Insitekaltim, Samarinda – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menyampaikan terjadi peningkatan angka stunting di Kaltim.
Berdasarkan data Dinkes Kaltim, lima kabupaten/kota di provinsi ini mencatatkan peningkatan prevalensi stunting yang signifikan, memicu langkah intensif dari pemerintah daerah untuk menekan angka tersebut.
Kabupaten Kutai Kartanegara tercatat mengalami stunting sebesar 19,15 persen, diikuti Kota Samarinda dengan 18,58 persen, dan Kabupaten Berau sebesar 19,67 persen.
Sedangkan di Kota Bontang dan Kabupaten Kutai Timur, angka stunting lebih tinggi, masing-masing mencapai 23,41 persen dan 21,78 persen.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kabid Kesmas) Dinkes Kaltim Fitnawati, yang hadir mewakili Kepala Dinkes Kaltim Dokter Jaya Mualimin menjelaskan bahwa peningkatan ini disebabkan oleh beberapa faktor.
Salah satunya terjadi kurangnya kesadaran masyarakat mengenai gizi seimbang, terutama pada ibu hamil dan anak-anak, serta masih terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan di beberapa wilayah.
“Kami tidak hanya mengandalkan program internal Dinas Kesehatan, tetapi juga melibatkan berbagai sektor lain untuk menangani permasalahan ini, seperti PUPR yang membantu dalam penyediaan sarana air bersih di daerah-daerah terdampak,” terang Fitnawati pada Jumat (18/10/2024).
Dalam menghadapi lonjakan angka stunting, Dinkes Kaltim berupaya memperkuat kolaborasi dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lain, seperti Dinas Ketahanan Pangan dan Dinas Peternakan, yang juga memiliki program-program terkait penanganan gizi. Langkah ini diambil untuk memaksimalkan dampak dari upaya pencegahan dan penanganan stunting di Kaltim.
“Kami saat ini sedang mengkoordinasikan program-program di beberapa OPD agar bisa bekerja secara selaras dalam rangka menurunkan prevalensi stunting di daerah-daerah tersebut. Setiap instansi memiliki peran masing-masing yang bisa saling melengkapi,” tuturnya.
Fitnawati juga menyoroti tantangan geografis yang dihadapi dalam penanganan stunting di Kalimantan Timur, terutama di daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau.
Meskipun begitu, ia menegaskan bahwa Dinkes Kaltim tidak akan berhenti sampai seluruh daerah dapat dijangkau dan mendapatkan intervensi yang diperlukan.
“Kami optimis, dengan kerja sama yang lebih intensif dan strategi yang tepat, angka stunting di Kaltim dapat ditekan. Ini bukan hanya tugas satu instansi, tapi kerja bersama,” tutupnya.
Melalui sinergi yang kuat dan penyuluhan yang terus digencarkan, diharapkan prevalensi stunting di Kalimantan Timur bisa segera menurun, memastikan pertumbuhan generasi masa depan yang lebih sehat dan kuat.