Insitekaltim, Pasuruan – Keindahan arsitektur bergaya Timur Tengah kini hadir di jantung Kota Pasuruan melalui deretan Payung Madinah yang berdiri megah di Alun-Alun Kota Pasuruan. Dengan desain menyerupai payung di Masjid Nabawi, ikon ini menjadi daya tarik wisata religi yang mempercantik wajah kota sekaligus meningkatkan perekonomian warga sekitar.
Payung Madinah dibangun secara bertahap sejak tahun 2022 hingga 2023. Total 12 unit payung hidrolik kini berdiri kokoh di area Alun-Alun, berdampingan dengan Masjid Jami’ Al-Anwar yang menjadi pusat kegiatan keagamaan masyarakat. Proyek ini merupakan bagian dari program revitalisasi kawasan kota yang digagas Pemerintah Kota Pasuruan untuk mewujudkan citra “Kota Madinah” — kota yang religius, bersih, dan tertata indah.
Pembangunan payung ini bukan hanya mempercantik wajah kota, tapi juga menciptakan suasana yang meneduhkan bagi masyarakat yang beraktivitas di sekitar alun-alun, ujar Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Pasuruan, Dyah Ermitasari, dikutip dari laman resmi Pemkot Pasuruan. Jumat, 17 Oktober 2025.
Sejak payung-payung megah tersebut berdiri, jumlah kunjungan wisatawan meningkat tajam. Berdasarkan data Dinas Pariwisata Kota Pasuruan, sepanjang tahun 2023 jumlah wisatawan nusantara yang berkunjung ke kawasan Alun-Alun mencapai lebih dari 1,4 juta orang. Angka ini menjadikan Payung Madinah sebagai salah satu ikon wisata unggulan di wilayah tapal kuda Jawa Timur.
Tak hanya menarik wisatawan religi, area ini juga menjadi pusat kegiatan keluarga dan komunitas. Saat sore dan malam hari, kawasan Alun-Alun berubah menjadi ruang publik yang hidup, tempat warga bersantai, menikmati kuliner, dan mengabadikan momen dengan latar payung raksasa nan menawan.
Udin (42), pedagang kaki lima di sekitar alun-alun, mengungkapkan, “Sejak ada payung ini, alun-alun makin ramai. Omzet pedagang seperti kami ikut meningkat. Banyak pengunjung yang datang sore sampai malam untuk foto dan jajan.”
Siti Nurhaliza, pemandu wisata lokal, menambahkan, “Payung Madinah menjadi ikon baru yang membanggakan. Banyak wisatawan religi dari luar kota yang datang ziarah ke makam KH. Abdul Hamid, lalu melanjutkan kunjungan ke alun-alun. Ini memperkuat posisi Pasuruan sebagai destinasi religi di Jawa Timur.”
Rina (25), wisatawan asal Malang, mengatakan, “Tempatnya indah dan suasananya adem. Desain payungnya mirip di Madinah, jadi serasa di Timur Tengah. Cocok banget buat foto-foto atau sekadar bersantai bersama keluarga.”
Untuk menjaga fungsi dan keindahan payung, Pemerintah Kota Pasuruan mengalokasikan anggaran pemeliharaan secara rutin. Setiap unit diperiksa dan dibersihkan secara berkala agar tetap aman digunakan dan berfungsi optimal.
Selain itu, Pemkot juga menata kawasan sekitar dengan menambah taman, pencahayaan malam, serta area pedestrian yang ramah bagi pengunjung. Langkah ini dilakukan agar Payung Madinah tak hanya menjadi ikon visual, tetapi juga ruang publik yang nyaman dan layak dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai daerah.
Dengan semakin meningkatnya kunjungan wisatawan, kawasan Alun-Alun Kota Pasuruan kini berkembang menjadi pusat wisata religi, ekonomi, dan budaya. Pemerintah daerah berkomitmen terus mempercantik kawasan sekitar agar Payung Madinah tetap menjadi kebanggaan warga sekaligus simbol harmoni antara nilai religius dan kemajuan kota.
Sebagai salah satu destinasi unggulan, Payung Madinah diharapkan mampu memperkuat citra Kota Pasuruan sebagai Kota Madinah yang teduh, religius, dan penuh keberkahan — tempat di mana keindahan, budaya, dan spiritualitas berpadu harmonis.

