
Insitekaltim,Bontang – Kota Bontang tercatat sebagai salah satu daerah dengan persentase penduduk miskin terendah di Kalimantan Timur, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bontang, angka kemiskinan kota ini hanya 4,11 persen, menjadikannya sebagai daerah dengan jumlah penduduk miskin terendah kedua setelah Kota Balikpapan.
Ironisnya, meskipun Bontang memiliki wilayah yang kecil dan jumlah penduduk yang terbatas, kota ini justru memiliki prevalensi stunting yang tinggi.
Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang dirilis Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI menunjukkan, prevalensi stunting di Bontang mencapai 23,26 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kemiskinan yang rendah.
Menanggapi kondisi ini, Ketua DPRD Bontang Andi Faizal Sofyan Hasdam mengaku prihatin serta mendorong pendekatan yang lebih serius untuk menangani masalah stunting.
“Indikator kemiskinan memang tergantung pada cara perhitungannya, tetapi tingginya angka stunting menunjukkan bahwa kita harus lebih serius dalam menangani masalah ini,” ujar Andi Faizal setelah Rapat Paripurna ke-18 DPRD Bontang, Senin (12/8/2024).
Angka kemiskinan ditentukan berdasarkan pendapatan per kapita per bulan, dengan ambang batas kemiskinan pada Rp763.661 per bulan.
“Jika pengeluaran rumah tangga berada di bawah angka tersebut, maka mereka dianggap miskin,” jelasnya.
Meski angka kemiskinan di Bontang rendah, pemerintah harus terus mendorong edukasi tentang gizi dan kesehatan sejak pranikah, kehamilan dan pola asuh anak.
“Stunting bukan hanya masalah pemberian gizi setelah anak lahir, tapi juga harus dimulai dari tahap awal seperti kehamilan dan pola asuh,” tuturnya.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur bahkan memberikan penghargaan kepada Bontang atas kategori percepatan penurunan stunting terendah, yang diserahkan oleh Penjabat Gubernur Kaltim Akmal Malik pada Hari Keluarga Nasional di Mangrove Park Saleba, Kamis (25/7/2024).
“Ini merupakan tamparan bagi kita. Dengan wilayah kecil dan populasi terbatas, tetapi stunting masih tinggi, artinya kita memerlukan kerja sama semua pihak dan penanganan khusus,” tegasnya.
Dia juga mengkritik penggunaan anggaran yang belum optimal dalam menangani stunting.
“Anggaran untuk penanganan stunting seharusnya digunakan secara efektif untuk pemberian makanan bergizi, bukan hanya untuk rapat-rapat,” tandasnya.

