Insitekaltim,Bontang – Angka stunting di kawasan pesisir Bontang masih sangat tinggi. Di kawasan ini tercatat sebanyak 1.346 anak dalam kondisi stunting.
Wakil Ketua II DPRD Bontang Agus Haris menekankan pentingnya penanganan masalah stunting dari akarnya.
Menurutnya, intervensi yang hanya berupa pemberian makanan tambahan tidak cukup menyelesaikan masalah ini secara tuntas.
“Kalau hanya itu (pemberian makanan tambahan-red) tak menyelesaikan. Bagaimana mereka bisa dapat makanan bergizi kalau susah hidupnya,” ungkapnya belum lama ini.
Sebagai solusi, Agus Haris menawarkan inovasi program yang lebih menyeluruh. Salah satu usulan yang disampaikannya adalah memberikan dana stimulan sebesar Rp1 juta bagi setiap anak usia 0-2 tahun yang telah lengkap imunisasi dan mendapat ASI eksklusif.
“Dengan kondisi keuangan daerah mencapai Rp3 triliun, bukan masalah untuk mencetuskan program ini,” jelasnya.
Agus Haris merinci, dengan alokasi anggaran kesehatan sebesar 10 persen dari APBD atau sekitar Rp300 miliar, dana stimulan untuk anak stunting sebesar Rp1 juta per anak per bulan hanya memerlukan sekitar Rp16 miliar dalam satu tahun.
“Ini lagi pembahasan APBD Perubahan. Saya akan dorong agar ada stimulan untuk anak stunting. Angkanya bisa dibahas bersama,” tambahnya.
Legislator Partai Gerindra itu menyoroti, saat ini setiap orang yang meninggal di Bontang mendapat santunan Rp3 juta. Oleh karena itu, menurutnya, alokasi dana untuk penanganan stunting juga seharusnya bisa dilakukan.
“Toh di Bontang setiap orang meninggal dapat santunan Rp3 juta, masa untuk penanganan stunting tidak bisa,” tegasnya.
Persoalan stunting, menurut Agus Haris, bukan hanya masalah gizi, tetapi juga kesehatan lingkungan dan pola asuh orang tua. Oleh karena itu, perlu dukungan dari seluruh elemen terkait, termasuk Dinas Kesehatan, Dinas Pemukiman, Kawasan Perumahan dan Pertanahan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), serta Kantor Urusan Agama (KUA).
“Stimulan itu bisa dipakai untuk vitamin sang anak. Kita juga jangan biarkan warga malas ke posyandu, jemput mereka biar sadar untuk periksakan rutin anaknya,” jelasnya.
Agus Haris merespons positif usulan memasukkan kurikulum tentang pencegahan stunting dalam dunia pendidikan. Ia meminta Disdikbud Bontang untuk mencari solusi agar pemahaman tentang stunting bisa ditanamkan sejak dini. Selain itu, pendidikan bagi calon pengantin dan ibu juga harus didorong untuk mencegah terjadinya stunting.
“Masukan ini harus ditindaklanjuti. Tidak mudah memang tapi kalau bukan dari sekarang mau kapan lagi,” pungkasnya.