
Insitekaltim,Samarinda – Tradisi membangunkan sahur menjadi momen yang dilestarikan dengan cermat oleh sebagian masyarakat Samarinda di tengah Bulan Ramadan yang penuh berkah.
Mengambil bentuk kelompok orang yang berkeliling sambil menabuh bedug atau drum, kegiatan ini memiliki tujuan mulia untuk membangunkan umat Islam agar dapat bersiap-siap untuk sahur.
Namun, dalam menjalankan tradisi ini, semangat toleransi dan kenyamanan bagi warga sekitar tetap menjadi prinsip utama yang harus dipegang teguh.
Menanggapi hal ini, Ketua Komisi I DPRD Samarinda Joha Fajal menekankan pentingnya menghormati kebutuhan semua warga, tidak hanya mereka yang sedang berpuasa.
“Kita harus menghormati kebutuhan dan kenyamanan semua warga, tidak hanya mereka yang berpuasa,” ungkapnya pada Jumat (29/3/2024).
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya kesediaan untuk beradaptasi jika ada warga yang merasa terganggu.
“Jika ada yang merasa terganggu, kita harus fleksibel dan mencari solusi yang tidak mengganggu mereka,” tambahnya.
Namun demikian, Joha juga mengungkapkan bahwa banyak warga yang merasakan manfaat dari tradisi ini, terutama bagi mereka yang tidak memiliki alarm atau perangkat untuk membangunkan mereka.
“Ini membantu banyak orang, terutama yang tua yang mungkin kesulitan bangun sendiri,” ujarnya.
Pendekatan fleksibel dan saling menghormati menjadi kunci dalam menjaga kerukunan di bulan suci ini.
Warga Samarinda diharapkan dapat menemukan keseimbangan antara menjaga tradisi dan menghormati hak-hak individu, sehingga semua orang dapat merasakan kedamaian dan keberkahan Ramadan.
Tradisi membangunkan sahur bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga representasi dari semangat gotong royong dan kebersamaan dalam menjalani ibadah di Bulan Ramadan.
Dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan mengutamakan kenyamanan bersama, masyarakat Samarinda membuktikan bahwa keberagaman dapat menjadi kekuatan dalam menjaga harmoni dan kebersamaan.