
Insitekaltim, Samarinda – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemprov Kaltim) melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) tengah menyusun rencana strategis untuk membangun sebuah sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu)
Kebijakan ini dirancang sebagai bagian dari upaya memperluas akses pendidikan kejuruan di wilayah terpencil dan sekaligus memperkuat pengembangan sumber daya manusia berbasis potensi lokal.
Salah satu lokasi yang kini masuk dalam skema perencanaan adalah Ujoh Bilang, ibu kota Kabupaten Mahakam Ulu. Meski masih dalam tahap pengkajian dan penyusunan desain awal, inisiatif ini mulai menuai respons positif dari sejumlah pihak, termasuk kalangan legislatif di DPRD Kalimantan Timur.
Wakil Ketua DPRD Kalimantan Timur, Ekti Imanuel, menyambut baik langkah Disdikbud Kaltim. Menurutnya, pembangunan SMK di Mahakam Ulu merupakan strategi penting untuk menjawab kebutuhan pendidikan dan ketenagakerjaan di kawasan perbatasan yang selama ini terpinggirkan dari arus pembangunan infrastruktur pendidikan.
“Saat ini masih berproses,” ungkap Ekti saat dimintai tanggapan terkait progres rencana pembangunan SMK di Mahakam Ulu, Selasa, 10 Juni 2025.
Namun, di balik dukungan tersebut, Ekti menyuarakan catatan penting terkait aspek non-fisik dalam pembangunan sekolah, terutama kesiapan tenaga pendidik. Ia menekankan bahwa keberhasilan pendidikan di daerah pedalaman tidak hanya ditentukan oleh bangunan dan fasilitas, melainkan juga oleh kesiapan sumber daya manusia yang mengelolanya.
“Misalkan di Mahulu atau Kubar, ya tenaga pendidiknya harus dari situ. Kalau ambil dari luar, kadang-kadang pindah lagi,” ujarnya.
Pernyataan Ekti mencerminkan kekhawatiran sekaligus harapan agar proses pembangunan fasilitas pendidikan tidak berhenti pada konstruksi fisik, tetapi juga mencakup strategi berkelanjutan dalam penyediaan guru.
Ia menegaskan bahwa rekrutmen tenaga pendidik harus berpihak pada putra-putri daerah yang telah memahami kondisi sosial, budaya, dan geografis tempat mereka mengabdi.
Menurut Ekti, pendekatan semacam ini akan menjamin keberlanjutan layanan pendidikan, sebab guru yang berasal dari daerah sendiri cenderung memiliki keterikatan emosional dan tanggung jawab sosial yang lebih tinggi terhadap komunitasnya.
Politikus Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) itu juga menarik garis paralel dengan sektor pelayanan publik lainnya, terutama bidang kesehatan. Ia berharap pemerintah daerah dapat mengembangkan sistem kesehatan di wilayah-wilayah terpencil melalui pemberdayaan tenaga medis dari masyarakat lokal.
Ekti menilai, ketergantungan terhadap tenaga kerja dari luar daerah justru menjadi titik lemah dalam upaya membangun pelayanan dasar yang stabil di kawasan seperti Mahakam Ulu maupun Kutai Barat.
Langkah pembangunan SMK di Mahakam Ulu, bagi Ekti, tidak sekadar proyek pendidikan. Ia melihatnya sebagai fondasi awal dari strategi pembangunan berkelanjutan yang memerlukan sinergi antara kebijakan, sumber daya lokal, dan pemahaman terhadap medan sosial-budaya tempat kebijakan itu dijalankan.