
Reporter: Syifa-Editor: Redaksi
Insitekaltim, Sangatta – Vaksinasi Covid-19 Kabupaten Kutai Timur (Kutim) tahap pertama telah dilakukan secara seremonial pada akhir Januari 2021 lalu.
Jenis vaksin yang datang merupakan vaksin Sinovac yang membutuhkan dua kali penyuntikan untuk mendapat kekebalan yang diinginkan.
Dua pekan pasca penyuntikan sesuai dosis pertama, tenaga kesehatan dan tokoh masyarakat kembali mengikuti penyuntikan vaksin pada Senin (15/2/2021).
Salah satu tenaga kesehatan yang sudah menjalani penyuntikan kedua yakni Kepala Dinas Kesehatan Kutim Dr. Bahrani Hasanal.
“Seharusnya tanggal 13 Februari kemarin, tetapi karena Sabtu dan Minggu Kaltim Steril, jadi tidak ada kegiatan. Makanya kita ganti di Senin ini dan alhamdulillah saya sudah (divaksin),” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya.
Usai suntikan vaksin kedua, Bahrani berharap kekebalan di tubuhnya mulai terbentuk sehingga imun terhadap virus Covid-19.
“Setelah vaksin kedua, saya tidak merasakan sakit dan tidak ngantuk. Biasa saja. Mudah-mudahan dengan tuntasnya vaksin kedua ini, kekebalan tubuh jadi lebih meningkat lagi,” harapnya.
Diakui Bahrani bahwa dirinya berencana melakukan tes kekebalan dalam waktu dekat. Tes tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa kekebalan tubuhnya sudah tercipta pasca mengikuti vaksinasi Covid-19.
“Saya berencana mau melihat antibodi saya. Saya mau lihat itu kekebalan tubuh ada seberapa besar. Untuk saat ini alatnya belum ada di Kutim, tapi ada alat deteksi antibodi itu Afias-6 namanya,” ungkapnya.
Afias-6 merupakan alat buatan Korea Selatan yang memiliki tingkat akurasi di atas 95 persen untuk mendeteksi apakah seseorang memiliki antibodi terhadap Covid-19, baik yang disengaja melalui vaksin ataupun tidak sengaja dengan terpapar Covid-19.
“Nah kalau rapid test biasa, itu kan hanya melihat imun tanpa ada angkanya. Nah kalau Afias-6 ini ada angkanya. Jadi nanti dominan antobodinya kelihatan,” terang Bahrani.
Kendati demikian apapun hasil seberapa persen vaksin terbukti mencipatakan kekebalan tubuhnya, Bahrani tetap mengingatkan agar protokol kesehatan (prokes) tetap dijaga dan dijalankan.
“Kita belum melihat apakah betul hasil dari vaksin Covid-19 membuat kekebalan. Karena itu kita tetap mencegah penularan virus. Kalau antibodinya ternyata terbentuk dan hasilnya bagus, tetap akan lebih bagus jika senantiasa memakai protokol kesehatan,” pungkasnya.