Insitekaltim, Samarinda – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur mengadopsi pendekatan terpadu dalam melawan Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan memprioritaskan vaksinasi anak usia 5-12 tahun dan mengimplementasikan teknologi Wolbachia.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim telah menyiapkan 5.000 dosis vaksin sebagai langkah awal untuk menekan kasus DBD yang meningkat tajam tahun 2024 lalu.
Kepala Dinkes Kaltim Dokter Jaya Mualimin menyebutkan kelompok anak usia sekolah dasar menjadi fokus utama karena paling rentan terpapar DBD. Berdasarkan data, anak-anak mendominasi pasien yang memerlukan perawatan intensif akibat penyakit ini.
“Kelompok usia ini mendominasi pasien DBD. Dengan vaksinasi, kami harap kasus dapat ditekan secara signifikan,” kata Jaya, Senin, 13 Januari 2025.
Selain vaksinasi, inovasi berbasis teknologi Wolbachia turut diluncurkan untuk mengendalikan populasi nyamuk penyebab DBD.
Setelah berhasil diuji coba di Bontang, program ini mulai diperluas ke Balikpapan. Teknologi Wolbachia menggunakan bakteri untuk menghentikan penyebaran virus DBD melalui nyamuk.
“Kami melihat hasil positif di Bontang. Uji coba di Balikpapan diharapkan memberikan dampak serupa,” jelasnya.
DBD masih menjadi ancaman serius di Kaltim. Tahun lalu, tercatat lonjakan kasus mencapai 10.000, jauh di atas rata-rata tahunan 5.000 kasus.
Meski demikian, tingkat kematian berhasil ditekan menjadi 0,21 persen berkat berbagai intervensi, termasuk pembersihan lingkungan dan upaya pencegahan lainnya.
Dinkes optimistis vaksinasi ini akan memberikan hasil yang cepat. Vaksin DBD memiliki keunggulan unik karena mampu menciptakan imunitas dalam tiga bulan setelah penyuntikan.
Namun, tantangan tetap ada, mengingat vaksin ini belum masuk dalam program nasional sehingga memerlukan dukungan biaya dari fasilitas kesehatan.
“Dinkes Kaltim terus mendorong agar vaksin DBD menjadi bagian dari program nasional, sehingga lebih banyak masyarakat dapat menikmatinya tanpa beban biaya,” tuturnya.
Sebagai langkah antisipatif, pemerintah juga siap menambah anggaran jika diperlukan untuk memperluas cakupan vaksinasi dan memastikan keberlanjutan teknologi Wolbachia.
“Kami harap strategi ini dapat mengurangi risiko KLB seperti tahun lalu dan melindungi masyarakat Kaltim secara keseluruhan memulai tahun yang baru,” pungkasnya.