Insitekaltim, Samarinda – Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Timur (Kaltim) mengungkapkan fakta mengejutkan bahwa rokok kretek filter menjadi komoditas terbesar kedua yang berkontribusi terhadap garis kemiskinan di Kaltim, bahkan kalah dari beras.
Kondisi ini memunculkan sorotan terhadap pola konsumsi masyarakat yang berpotensi memperburuk kesejahteraan rumah tangga.
Kepala BPS Kaltim Yusniar Juliana menjelaskan bahwa kontribusi makanan pada garis kemiskinan masih mendominasi dengan angka 70,74 persen, sementara barang bukan makanan hanya menyumbang 29,26 persen.
“Konsumsi rokok kretek filter mencapai 10,40 persen, hampir mendekati kontribusi beras sebesar 18,03 persen,” ujarnya, Senin, 20 Januari 2025.
Selama periode Maret hingga September 2024, garis kemiskinan Kaltim meningkat dari Rp833.955 menjadi Rp853.997 per kapita per bulan, atau naik sebesar 2,4 persen.
Dengan rata-rata anggota rumah tangga 5-6 orang, kebutuhan dasar per rumah tangga di Kaltim kini mencapai Rp4,5 juta per bulan.
Yusniar menggarisbawahi bahwa pengeluaran masyarakat untuk barang tidak mendesak, seperti rokok, menjadi salah satu faktor signifikan yang menekan anggaran kebutuhan pokok lainnya.
“Pengeluaran untuk rokok berpotensi mengurangi alokasi belanja pada kebutuhan esensial seperti protein hewani atau pangan bergizi lainnya,” jelasnya.
Kebiasaan konsumsi rokok, terutama di kalangan rumah tangga berpenghasilan rendah, dianggap mencerminkan kurangnya kesadaran terhadap pengelolaan keuangan yang efektif.
Yusniar menambahkan bahwa konsumsi rokok cenderung bersifat adiktif, sehingga sulit dikendalikan meskipun penghasilan terbatas.
“Hal ini menunjukkan perlunya edukasi terkait prioritas belanja rumah tangga, khususnya di wilayah-wilayah dengan tingkat kemiskinan tinggi,” tegasnya.
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah diharapkan tidak hanya fokus pada penyediaan bantuan sosial, tetapi juga program edukasi finansial bagi masyarakat.
Langkah-langkah seperti peningkatan literasi keuangan, kampanye bahaya rokok, hingga subsidi pangan yang lebih terarah dianggap penting untuk menekan kontribusi rokok dalam garis kemiskinan.
“Konsistensi program edukasi dan pengawasan pola konsumsi masyarakat akan membantu mengurangi dampak jangka panjang dari pengeluaran pada barang yang tidak mendesak seperti rokok,” tutup Yusniar.