Insitekaltim,Kukar – PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS) terus mengembangkan program CSR bertema “Jaga Pesisir Kita” yang bergerak pada upaya penyelamatan ekosistem bawah laut dan pesisir Desa Tanjung Limau, Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara.
“Program Jaga Pesisir Kita diharapkan dapat mengembalikan ekosistem bawah laut yang rusak melalui upaya rehabilitasi sehingga ekosistem bawah laut dapat kembali seperti semula,” ungkap Manager Communication Relations & CID Pertamina Hulu Indonesia (PHI) Dony Indrawan.
Selain itu, lanjutnya, program ini juga menjadi upaya peningkatan potensi wisata pesisir yang bisa dikembangkan lebih jauh lagi guna mendukung pengembangan ekonomi masyarakat di wilayah tersebut.
Melalui program Jaga Pesisir Kita yang diinisiasi sejak 2019, PHSS bekerja sama dengan Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Bina Lestari melaksanakan berbagai kegiatan dalam mendukung upaya penyelamatan terumbu karang, seperti sosialisasi, sertifikasi selam kepada anggota pokmaswas, kapal patroli, dan melakukan rehabilitasi terumbu karang.
Ia juga menyampaikan menyampaikan bahwa terumbu karang yang menjadi penopang ekosistem bawah laut mengalami kerusakan akibat metode penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, seperti penggunaan bom ikan dan trawl net sehingga kerusakan pada terumbu karang tidak dapat dihindari.
Ketua Pokmaswas Bina Lestari Muhammad Mansur menjelaskan bahwa kerja sama kelompoknya dengan PHSS telah berhasil menurunkan aktivitas ilegal fishing sebesar 80% sejak program Jaga Pesisir Kita dijalankan.
“Selain melakukan sosialisasi, patroli yang dilakukan oleh kelompok menjadi salah satu faktor penentu dalam penurunan aktivitas destructive fishing tersebut,” jelasnya.
Upaya tersebut juga dibantu oleh teman-teman nelayan untuk bergabung dalam melakukan penyelamatan ekosistem bawah laut tersebut.
“Di program ini, Coral Reef Barrier dibuat dengan mengkombinasikan concrete block sebagai terumbu buatan dan tali daur ulang bekas kapal dari program Balanipa, yang merupakan program CSR PHSS lainnya sebagai media transplantasi gantung,” kata Mansur.
Berkat upaya ini, menurut Mansur, sebanyak 85% transplantasi berhasil hidup dan munculnya satwa sekitar terumbu sebagai habitat (hiu paus, penyu, biota laut lain). Selain itu, kawasan yang rusak seluas 1 hektar akibat destructive fishing juga berhasil direhabilitasi dengan 2 metode transplantasi terumbu karang yang berbeda.
Dony menilai bahwa kolaborasi multi-stakeholders pada program Jaga Pesisir Kita merupakan aspek yang penting. Kolaborasi dalam program ini berjalan sangat baik dan melibatkan beragam pemangku kepentingan, mulai dari pemerintahan tingkat provinsi hingga level rukun tetangga, akademisi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman, kelompok mahasiswa, kelompok pemuda, komunitas pegiat lingkungan hingga jurnalis. Kami yakin kolaborasi ini penting bagi keberhasilan dan keberlanjutan program.