Insitekaltim,Samarinda – Festival Mooncake VI Tahun 2024 yang diselenggarakan oleh Maha Vihara Sejahtera Maitreya (Buddhist Centre Samarinda) resmi berakhir pada Selasa malam (17/9/2024), setelah berlangsung meriah selama tiga hari berturut-turut.
Acara ini mengusung tradisi Tionghoa yang erat kaitannya dengan Festival Pertengahan Musim Gugur dan berhasil menarik perhatian banyak masyarakat. Tak hanya etnis Tionghoa yang memadati festival ini, nampak masyarakat luas turut menikmati euforia tersebut. Dengan ornamen dominan warna merah, suasana penutupan malam itu kian hangat.
Festival yang dikenal sebagai perayaan kue bulan atau mooncake ini dirayakan setiap tanggal 15 bulan ke-8 kalender lunar, dan dalam tradisinya diisi dengan berbagai acara, seperti menyalakan lentera kertas, berkumpul di bawah sinar bulan purnama dan tentu saja, menikmati kue bulan yang menjadi simbol rasa syukur dan harapan baik.
Wali Kota Samarinda Andi Harun yang turut hadir dan menyampaikan apresiasinya kepada panitia pelaksana yang berhasil menggelar acara tahunan ini. Dalam sambutannya Andi Harun menyebut bahwa festival mooncake harus dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya.
“Festival Mooncake merupakan tradisi yang harus dilestarikan oleh generasi muda, tidak hanya untuk etnis Tionghoa, tetapi juga bagi seluruh masyarakat Samarinda dan Kalimantan Timur,” ucap pria yang kerap dipanggil AH.
Ia berharap bahwa ke depannya, festival ini dapat terus berkembang menjadi salah satu atraksi budaya yang mendekatkan masyarakat dari berbagai latar belakang etnis dan agama, memperkuat nilai-nilai toleransi dan kerukunan di tengah keberagaman yang ada di Samarinda.
“Dengan festival ini juga, kita ingin warga, terkhusus di Kota Samarinda bisa saling toleransi satu sama lain,” harap politikus Partai Gerindra itu.
Dirinya juga mengajak semua lapisan masyarakat untuk terus menjaga kerukunan dan sikap saling menghormati, apapun latar belakang etnis dan agamanya, demi memajukan Kota Samarinda sebagai tempat yang damai dan harmonis.
Sejarah Mooncake Festival sendiri sangat panjang, berawal dari Tiongkok kuno dan berkaitan erat dengan mitos Chang’e, Dewi Bulan yang dipercaya oleh masyarakat Tionghoa sebagai penjaga bulan.
Tidak hanya itu, kue bulan yang disajikan pada acara ini juga melambangkan persatuan dan kebersamaan—nilai-nilai yang sangat relevan di Samarinda.
Acara ini juga menghadirkan variasi kue bulan modern dengan berbagai cita rasa, dari yang tradisional hingga inovasi seperti coklat, durian, dan bahkan es krim, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum muda yang hadir dalam festival tersebut.
Festival Mooncake di Samarinda kali ini menegaskan bahwa tradisi tidak hanya bisa menjadi ajang nostalgia, tetapi juga sebagai media untuk membangun persatuan dan kebersamaan di tengah modernisasi yang terus berkembang.