Insitekaltim,Samarinda – Dalam upaya meningkatkan peran perempuan, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2PA) Kota Samarinda menggelar Seminar Perempuan di Hotel Midtown, Selasa (30/4/2024).
Seminar dengan tajuk “Peran Perempuan dalam Peningkatan Ekonomi Keluarga di Era Digital” itu dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Kartini dan upaya memberdayakan peran perempuan melalui peningkatan ekonomi keluarga.
Dihadirkan dua narasumber dalam kegiatan tersebut, yakni akademisi Fakultas Pertanian Universitas Widyagama Samarinda Hamidah dan Ketua Bidang Ketahanan Keluarga Forum Puspa Bunga Gerecek Pembina Perempuan Kepala Keluarga sekaligus Coach Mom Preneurs Windie Karina Fatmawati.
Dalam pemaparannya, Hamidah menjelaskan terkait perancangan dan pembuatan lahan pekarangan untuk ketahanan pangan demi meningkatkan ekonomi perempuan di era digital.
Hamidah menjelaskan pekarangan yang sempit sekalipun mampu berubah menjadi kebun yang menghasilkan rupiah. Ibu-ibu hanya perlu menyediakan barang bekas untuk menjadi media tanam.
“Tinggal sediakan botol bekas, gelas-gelas bekas, wadah yang tidak terpakai atau kalau mau bisa pakai polibag untuk tanam sayuran dan buah,” ungkapnya.
Sembari menanyakan apa saja komoditas yang memiliki nilai jual tinggi, Hamidah mengungkapkan apapun komoditas tersebut yang paling penting merupakan komoditas yang disukai oleh keluarga.
Sebab komoditas yang disenangi keluarga akan cenderung berhasil ditanam sesuai dengan harapan keluarga. Penting untuk memenuhi kebutuhan dapur sendiri sebelum menjualnya.
“Komoditas yang punya nilai jual tinggi, misal cabai, berarti perlu untuk belajar mengenai tanaman hortikultura. Tapi penting lagi untuk mengisi dapur sendiri dulu, apa yang disuka suami dan anak,” sebutnya.
Jika sudah berhasil menanam beberapa dan mengembangkannya hingga berpotensi untuk panen lebih besar, Hamidah menyarankan ibu-ibu untuk menjualnya ke beberapa tetangga atau komunitas yang terdekat memakai media sosial.
Tidak hanya mudah memasarkan melalui media sosial, para ibu bisa menghabiskan banyak waktu sembari mengerjakan pekerjaan rumah dan mengurus anggota keluarganya.
Di sisi lain, Windie memaparkan pentingnya bagi perempuan untuk melek teknologi. Tidak hanya untuk bertukar kabar dengan sanak keluarga tetapi juga dapat mengubah nasib dengan peningkatan ekonomi.
Tetapi berdasarkan data, perempuan yang melek teknologi tidak berbanding jauh dengan laki-laki, yakni sebanyak 65,09 persen untuk perempuan dan untuk laki-laki sebanyak 67,41 persen.
“Cuma beda sekitar dua persen, tapi kenapa yang lebih melek teknologi adalah laki-laki? Karena kebanyakan perempuan tahunya untuk bertukar kabar saja,” ujar Windie.
Menurut Windie, seharusnya perempuan mampu memanfaatkan teknologi, khususnya media sosial sebagai cara untuk menambah ilmu dan menambah cuan secara mandiri.
Ia mengingatkan bagi para perempuan yang merupakan pelaku UMKM untuk mendaftarkan usahanya dengan Nomor Induk Berusaha (NIB) yang menggunakan nama dirinya dan jangan sekali-kali menggunakan nama suami atau pihak lainnya.
Selain merugikan, ke depan tidak akan diketahui bagaimana nasib rumah tangga para pelaku UMKM tersebut. Juga ia menyampaikan agar melaporkan penghasilan dari usaha tersebut agar mempermudah mendapatkan fasilitas yang disediakan pemerintah.
“Kita tidak akan tahu suami akan masuk ke pintu mana (rumah siapa), jadi pastikan untuk pakai nama sendiri,” tuturnya.
Windie mengatakan alasan perempuan harus berani berdiri di kakinya sendiri walaupun sudah memiliki suami yang memberikannya nafkah, yaitu kemiskinan. Miskin akan menyebabkan masalah lainnya seperti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kekerasan pada anak dan terjerat rentenir.
Adapun langkah yang bisa diambil perempuan untuk mandiri adalah menjadi pelaku UMKM, perkaya diri dengan ilmu pengetahuan, mengikuti pelatihan dan pendampingan untuk mengembangkan usahanya.
“Asah terus skill kita, belajar digital marketing sederhana promosi di sosmed kita, belajar tentang keuangan dan keuangan digital,” pungkasnya.