Reporter: Iren – Editor: Redaksi
Insetkaltim, Bontang – Sejumlah masyarakat yang tergabung dalam organisasi Muslim Bontang Bergerak menggelar aksi demo di depan Rumah Jabatan Wali Kota Bontang, Jalan Awang-Long, Kota Bontang, pada Jumat (4/3/2022).
Dalam aksi tersebut, mereka mengecam pernyataan Menteri Agama (Menag) RI Yaqut Cholil Qoumas yang menyamakan suara azan dengan suara gonggongan anjing. Menurut mereka jika agama dibandingkan dengan binatang merupakan penistaan.
“Maka dari itu kami minta Menteri Agama diganti. Bukan baru kali ini ucapannya mengundang kontroversi tapi sudah terlalu sering,” kata Muhammad Febri salah satu peserta aksi demo.
Muhammad Febri sebagai perwakilan dalam audiensinya juga mengkritisi surat edaran yang mengatur tentang volume pengeras suara di musala dan masjid.
“Kami sebagai umat muslim selalu bertoleransi dengan agama lain begitu juga sebaliknya, kenapa sekarang baru diatur. Ada apa ini sebetulnya,” ujarnya.
Karena itu mereka meminta Pemerintah Kota Bontang harus merespon surat edaran tersebut dengan membuat aturan turunan yang disesuaikan dengan kearifan lokal.
“Termasuk memperhatikan kenaikan bahan pangan dasar menjelang bulan suci Ramadan,” kata Muhammad Febri.
Para pendemo diterima oleh Asisten I Kota Bontang Dasuki bersama Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Bontang M. Izzat Solihin turun.
Dasuki mengatakan, telah mendengar aspirasi para pendemo. Dirinya pun menjelaskan jika pergantian jabatan Kementerian Agama itu merupakan hak Presiden.
“Namun beliau (Pak Menag) tidak bermaksud hingga menistakan agama,” jawab Dasuki.
Menurutnya, pernyataan Menteri Agama hanya menyamakan suatu kondisi lingkungan yang membuat seseorang tidak nyaman.
Sementara itu, Izzat Solihin juga mengatakan bahwa pihaknya sudah membaca seluruh isi surat Menteri Agama (Menag) Nomor SE 05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala.
Menurutnya, tidak ada aturan yang menyalahi syariat Islam yang tentunya tidak perlu dipersoalkan.
“Aturan itu untuk kenyamanan semua orang. Bagi yang muslim tentu tidak dipersoalkan. Tetapi kita juga harus menjaga kenyamanan agama lain,” tuturnya.
Adapun aksi tersebut dijaga ketat oleh personel TNI-Polri berkolaborasi dengan personel Satpol PP dan Dishub yang membuat situasi tetap kondusif hingga akhir.