Insitekaltim, Samarinda – Musikus Indonesia Ferry Curtis hadir di Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) untuk menghibur para pecinta literasi dalam acara Gebyar Anugerah Literasi, yang diinisiasi oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kaltim.
Bersama sang anak, Sakti Curtis, Ferry menghibur para partisipan yang hadir dengan membawakan lagu berjudul Mari Membaca. Dilengkapi gerakan tangan seolah mengajak untuk membalikkan tiap lembar buku, Ferry bernyanyi bersemangat diikuti oleh peserta.
“Yo ayo ke pustaka. Yo ayo mari membaca. Guru yang hebat senang membaca. Murid yang pandai selalu membaca. Pemimpin besar pasti membaca. Bangsa yang maju bangsa pembaca,” ajakan Ferry dalam lagunya.
Dalam sesi talkshow inspiratif, Ferry bercerita tentang bagaimana kekhawatirannya terhadap generasi muda saat ini. Membaca, sudah menjadi barang langka. Melihat anak-anak dengan gadget, lebih sering dilihat ketimbang anak-anak yang memegang buku.
Kekhawatiran ini makin dirasakannya ketika sang buah hati mulai beranjak ke jenjang sekolah dasar. Tetapi, ia tidak ingin berputus harapan. Membaca akan berakar kuat apabila ada peran-peran orang tua dan guru di dalamnya.
“Khawatir juga. Tapi kalau lingkungannya juga suka membaca, orang tua mencontohkan, guru mencontohkan, maka anak pasti ngikut,” ujarnya di Ballroom Hotel Bumi Senyiur, Senin (14/10/2024).
Diceritakan Ferry pengalamannya beralih menjadi musikus yang fokus pada literasi. Ia mendapat pertanyaan dari banyak pihak apakah hal ini membuahkan hasil, dirinya menjawab tegas bahwa hasil tak selalu materi.
“Kalau semua dilihat dari materi, ya tidak akan habis dunia ini,” katanya.
Ferry yang dahulu gemar menulis lagu bertemakan cinta, saat ini ingin mengubah citranya menjadi penulis lagu yang fokus di literasi. Ia ingin meninggalkan karya yang dapat dikenang orang banyak melalui manfaatnya.
“Kalau lagu cinta pasti semua orang mudah tertarik, tapi lagu literasi memang belum tentu. Tetapi manfaatnya bisa bertahan lama,” ungkapnya.
Diakui Ferry, menulis lagu terkait literasi sangatlah sulit. Tidak seperti lagu kebangsaan dan lagu bertema emosi seperti galau dan cinta, literasi memang tidak begitu populer di telinga masyarakat.
Namun, melihat bagaimana keinginannya mengajak masyarakat, utamanya generasi muda untuk membaca itulah yang membuatnya terus semangat.
Sebagaimana semangatnya itu, Ferry berharap banyak masyarakat yang termotivasi dan membawa mereka kembali gemar membaca. Bahkan lebih baik lagi, mampu mencontohkan itu kepada generasi muda.
“Mari kita galakkan lagi membaca, ajak generasi muda kita melalui contoh dari kita. Membaca itu mengasyikkan,” tutup Ferry.