Insitekaltim, Kutai Kartanegara – Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq melakukan kunjungan kerja ke Desa Pela, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara, pada Kamis, 3 Juli 2025.
Kedatangannya bukan sekadar seremoni, tetapi untuk melihat langsung kondisi ekosistem Pesut Mahakam dan mengeksekusi langkah-langkah nyata demi penyelamatan spesies langka yang kini terancam punah.
“Jangan lagi kita bicara deklarasi dan diksi. Sekarang waktunya aksi,” tegas Menteri Hanif di Balai Pertemuan Umum (BPU) Desa Pela.
Danau Mahakam diketahui memiliki peran vital dalam menjaga keanekaragaman hayati. Selain menjadi rumah bagi beragam ekosistem, kawasan ini juga merupakan habitat bagi spesies endemik seperti Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris). Spesies ini masuk dalam kategori critically endangered menurut IUCN Red List dan tercantum dalam Appendiks I CITES.
Sekitar tiga dekade lalu, Pesut Mahakam masih kerap terlihat di perairan Samarinda. Namun kini, satwa air itu hanya bisa dijumpai di kawasan terbatas seperti Sungai Pela dan Danau Semayang. Populasinya pun terus menurun dan diperkirakan tersisa hanya 62 ekor.
“Kita tidak bisa bilang berhasil kalau jumlahnya tidak meningkat. Kalau tahun ini 62 ekor, minimal tahun depan meningkat menjadi 70 ekor atau lebih,” ujar Menteri Hanif Faisol menekankan.
Disampaikannya, bahwa penyelamatan spesies ini harus melibatkan berbagai pihak lintas sektor. Ia menyerukan perlunya langkah terpadu mulai dari pelestarian ekosistem, pengawasan aktivitas yang mengancam lingkungan, hingga penindakan terhadap praktik perusakan habitat seperti penggunaan jaring, setrum, dan bom ikan.
Sebagai bagian dari upaya konkret, Menteri Hanif Faisol lantas merencanakan untuk mengangkat empat tokoh lokal sebagai tenaga ahli untuk membantunya dalam pelestarian Pesut Mahakam. Mereka adalah Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Pela, Alimin, Direktur Yayasan Konservasi RASI, Ir Budiono, Dosen Universitas Mulawarman, Dr Mislan, serta peneliti Yayasan Konservasi RASI, Daniell Krap.
“Menteri setiap hari ada di sini melalui tenaga-tenaga ahlinya. Semua perkembangan nanti akan dilaporkan ke saya,” tegas Menteri Hanif kepada para wartawan.
Pemerintah provinsi dan kabupaten turut menyatakan dukungan penuh terhadap misi penyelamatan tersebut. Gubernur Kalimantan Timur dan Bupati Kutai Kartanegara yang turut hadir dalam kunjungan kerja ini sepakat untuk menggerakkan kewenangan di tingkat masing-masing, termasuk dengan mengacu pada UU No. 32 Tahun 2009 dan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
“Pesut Mahakam bukan hanya kebanggaan, tapi simbol keanekaragaman hayati Kalimantan Timur, bahkan Indonesia. Harus kita jaga dan lestarikan,” tandasnya.
Gubernur juga mengapresiasi upaya masyarakat Desa Pela yang telah menunjukkan kepedulian tinggi terhadap lingkungan dan keberadaan Pesut Mahakam. Ia menyebut, partisipasi masyarakat lokal sangat menentukan keberhasilan konservasi.
Kegiatan ini turut dihadiri sejumlah perwakilan internasional, di antaranya Resident Representative UNDP Indonesia, Norimasa Shimomura; Deputy Regional Director UNEP Asia Pasifik, Marlene Nilsson; Kepala Kerja Sama Pembangunan Kedutaan Besar Jerman, Oliver Hope; serta perwakilan dari IFAD, GIZ, dan beberapa mitra pembangunan lainnya.
Kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, masyarakat lokal, dan lembaga internasional ini diharapkan mampu menciptakan sistem perlindungan yang efektif, tidak hanya bagi Pesut Mahakam, tetapi juga untuk ekosistem air tawar Kalimantan yang semakin terancam akibat perubahan iklim dan aktivitas manusia.
Melalui langkah nyata ini, Indonesia menegaskan komitmennya dalam menjaga warisan biodiversiti yang unik dan tidak tergantikan. Pesut Mahakam bukan sekadar fauna lokal, melainkan ikon penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem sungai yang menjadi urat nadi kehidupan ribuan masyarakat di tepian Mahakam. (Adv/Diskominfokaltim)
Editor: Sukri