INSITEKALTIM SAMARINDA – Rabu, 23 Mei 2018 menjadi hari terakhir aktifitas penerbangan di Bandara Temindung Samarinda. Bandara ini akhirnya resmi ditutup setelah 44 tahun beroperasi, tepatnya sejak Juli 1974. Mulai Kamis hari ini, tidak akan terlihat lagi pesawat-pesawat jenis Cessna atau Britten-Norman (BN-2A) landing dan take off dari bandara ini.
Bandara yang panjang runway-nya hanya satu kilometer lebih ini terpaksa harus dipindahkan karena alasan keselamatan penerbangan dan pengembangan kota. Sebagai gantinya, Pemprov Kaltim telah membangun bandara baru di Sei Siring, Samarinda Utara yang disepakati melalui pooling terbuka dengan nama Bandara APT Pranoto, yang merupakan nama gubernur Kaltim pertama.
Bandara Temindung Samarinda akan menjadi kenangan dan sejarah, bahwa ibukota provinsi ini dulunya pernah memiliki bandara yang letaknya berada tidak jauh dari pemukiman warga Temindung.
Bandara yang berada di atas lahan seluas 13 hektar itu secara resmi ditutup oleh Gubernur Kaltim Dr H Awang Faroek Ishak, Rabu sore kemarin. Selanjutnya, aktivitas Bandara Temindung akan dipindahkan ke Bandara APT Pranoto di Sungai Siring, Samarinda, mulai 24 Mei 2018.
“Bandara ini memang sudah resmi ditutup. Tapi bandara ini akan tetap menjadi sejarah kemajuan pembangunan Samarinda, dan Kalimantan Timur,” kata Gubernur Awang Faroek Ishak, saat penutupan bandara ini kemarin.
Memang kata Gubernur, saat awal dibangun dulu, bandara ini berada jauh dari pusat kota dan masih diselimuti hutan di sisi kiri dan kanannya. Namun fakta bahwa Kaltim serasa semanis gula telah menyebabkan pertambahan penduduk kian tak terhalang hingga akhirnya menyulap bandara yang dulunya jauh dari pemukiman penduduk justru kian terhimpit hingga membuat atraksi para pilot dengan kemampuan lebih karena harus terbang rendah diantara pemukiman penduduk beberapa saat sebelum melakukan pendaratan.
Sejarah di Bandara Temindung ini pun telah mencatat sejumlah pejabat tinggi negara pernah menikmati layanan sederhana bandara ini. Sebut saja Presiden RI kedua HM Soeharto, Wakil Presiden Sudharmono hingga Wapres Jusuf Kalla pun pernah menginjakkan kaki di Bandara Temindung. Selebihnya, tidak sedikit menteri kabinet dari berbagai era pemerintahan pernah singgah di bandara ini.
“Sejak beroperasi tahun 1974, perbaikan landasan dilakukan dengan pengaspalan pada 1976. Sebelumnya hanya menggunakan still plat. Setelah itu, barulah bandara berkembang, karena diambilalih pengelolaannya oleh Kementerian Perhubungan. Sebelumnya dikelola pemerintah provinsi,” sebut Faroek.
Pesawat pertama yang beroperasi di Bandara Temindung adalah jenis Britten-Norman (BN-2A) dan Cessna dengan kapasitas 6 penumpang. Gubernur yakin dengan kehadiran Bandara APT Pranoto pertumbuhan ekonomi Kaltim akan melesat, salah satunya melalui sektor pariwisata.
Gubernur berharap setelah peresmian Bandara APT Pranoto, Dinas PUPR dan Pera Kaltim bisa melebarkan jalan poros menuju bandara baru yang digadang-gadang akan menjadi bandara internasional di masa depan. Kemudian Pemkot Samarinda dapat menyelesaikan permasalahan banjir yang mengarah ke bandara tersebut.
Hadir pada penutupan operasional Bandara Temindung kemarin para Kepala OPD di lingkungan Pemprov Kaltim dan Kepala Bandara APT Pranoto, Pj Walikota Samarinda Zairin Zain, Dirut BPD Kaltim Zainuddin Fanani dan sejumlah anggota DPRD Kaltim.
Penutupan ditandai dengan membunyikan sirine dan pembentangan sepanduk pencanangan pengembangan Politeknik Penerbangan Samarinda oleh Gubernur Awang Faroek Ishak.
Politeknik tersebut sementara akan menggunakan sarana prasarana yang telah tersedia di eks Bandara Temindung. Awang berharap September 2018 sudah menerima mahasiswa baru dengan jenjang kompetensi Diploma 3 (D-III). (jay/sul/adv)