Insitekaltim, Samarinda – Banjir yang melanda Kota Samarinda sejak Senin, 27 Januari 2025 lalu, masih merendam beberapa titik hingga Kamis, 30 Januari 2025 malam. Kedalaman air bervariasi, mulai dari semata kaki sampai yang paling parah hingga dada orang dewasa.

Curah hujan yang tinggi, dijelaskan Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda sebagai penyebabnya. Wali Kota Samarinda Andi Harun mengungkapkan curah hujan pada Senin kala itu mencapai 140 m³, membuat banyak rumah warga terendam sampai melumpuhkan aktivitas di sejumlah tempat.
Selain curah hujan, seusai rapat koordinasi bersama Balai Wilayah Sungai (BWS), Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Samarinda serta Dinas PUPR Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), didapatkan sejumlah hasil yang menjadi sebab lainnya banjir di Samarinda.
Andi Harun memaparkan, untuk banjir wilayah Jalan Juanda dari hasil pemantauan lapangan terdapat tiga titik bukaan lahan yang cukup besar. Aktivitas ini akan diselidiki oleh Pemkot Samarinda bersama Polresta Samarinda.
Sama dengan Jalan Juanda, Kelurahan Loa Bakung ikut lumpuh akibat banjir juga diakibatkan oleh bukaan lahan yang amat besar. Pembukaan lahan yang tidak diketahui untuk apa tersebut, akan ikut ditinjau.
Tak jauh dari Jalan Juanda, Jalan Antasari turut terendam diakibatkan adanya penyempitan drainase akibat pemukiman di sepanjang jalur drainase.
Masih perkara pembukaan lahan, Jalan DI Panjaitan juga terdapat bukaan lahan mencurigakan. Juga nampak adanya hambatan drainase yang disebabkan oleh pipa kabel dan pipa PDAM. Dijanjikan Andi Harun, hasil investigasi ini akan sampai kepada publik beberapa hari ke depan.
“Kita akan tahu dalam 2-3 hari, baik pendekatan persuasif maupun hukum, Ada juga kabel dan pipa-pipa yang menyumbat drainase,” jelasnya.
Banjir di Jalan PM Noor, dikatakan Andi Harun akibat adanya penyempitan anak sungai. Penyempitan ini disebabkan adanya rumah warga yang berdiri di atas anak sungai tersebut. Di sisi anak sungai lain yang sudah terbebas dari pemukiman, juga sudah dibangun tanggul.
Melalui tampak gambar atas dari wilayah itu yang ditangkap oleh BWS, sisi anak sungai yang sudah bebas dari pemukiman dan diberi tanggul, mampu menahan laju aliran air menuju daratan. Sedangkan sisi anak sungai yang masih terdapat pemukiman dan belum ditanggul bernasib sebaliknya.
Untuk itu, Andi Harun akan bekerja sama dengan pemerintah provinsi dan BWS untuk merealisasikan pembuatan tanggul yang digadang menelan anggaran hingga Rp900 miliar.
Tak sampai di situ, pembebasan permukiman di bantaran sungai juga akan memerlukan waktu dan anggaran yang harus dinegosiasikan dengan warga terdampak.
Kemudian, banjir di wilayah sekitar Kelurahan Karang Mumus, diungkapkan Andi Harun akibat tembusan air dari Sungai Karang Mumus. Memiliki banyak anak sungai, sedimen yang menumpuk serta perlunya pemeliharaan sungai berkelanjutan akan dilakukan ke depannya.
“Mengurus Karang Mumus diperkirakan habis Rp900 miliar. Ini sumber data dari Balai Wilayah Sungai ya,” jelasnya.
Tak cukup menampilkan data-data, sore itu Andi Harun bersama tim darurat penanganan penanggulangan banjir melakukan tinjauan. Mulai dari Jalan Pemuda III, Jalan PM Noor, dan Perumahan Griya Mukti.
Di akhir sesi, Andi Harun memohon maaf kepada seluruh masyarakat yang terdampak. Pemerintah terus berupaya maksimal untuk menanggulangi bencana tersebut. Tidak mudah, butuh waktu yang tidak sebentar, anggaran yang fantastis, dan butuh kerja sama semua pihak untuk mewujudkan Samarinda bebas banjir.
Ia berharap masyarakat yang masih bermukim di bantaran sungai dapat berlapang dada untuk melepaskan lahannya demi kebaikan dan hajat orang banyak.