Insitekaltim, Samarinda – Penelaah Teknis Kebijakan Diskominfo Kalimantan Timur (Kaltim), Dafa Ezra mengingatkan pelajar masih menjadi kelompok paling rentan terhadap paparan hoaks dan kejahatan siber. Minimnya kesadaran serta rendahnya kemampuan verifikasi membuat sebagian dari mereka bukan hanya menjadi korban, tetapi juga tanpa sadar menjadi penyebar informasi palsu.
Dafa menyebut kewaspadaan pelajar terhadap informasi digital saat ini berada di angka sekitar 70 persen. Dengan ketergantungan tinggi pada media sosial, banyak remaja menerima informasi mentah tanpa melakukan pengecekan kebenaran.
“Banyak dari mereka yang acuh. Saat kami sosialisasi di SMA maupun SMK ada yang bahkan tidak tahu bahwa mereka sudah menjadi korban cybercrime atau justru menjadi penyebar hoaks,” ujarnya Kamis, 11 Desember 2025.
Ia mengungkapkan Diskominfo Kaltim menerima dua laporan terbaru terkait hoaks dan kejahatan siber. Meskipun jumlah laporan menurun, pelajar disebut masih menjadi sasaran empuk karena kondisi emosional yang belum stabil.
“Pelajar ini paling sering jadi target hoaks karena emosinya masih labil. Mereka cepat terpancing sehingga mudah dipengaruhi dan tanpa sadar ikut menyebarkan,” jelasnya.
Untuk menekan potensi penyebaran hoaks, Diskominfo Kaltim terus memperkuat edukasi melalui berbagai kanal. Sosialisasi dilakukan secara rutin di sekolah, kampus, situs resmi pemerintah, hingga melalui media rekaman.
“Kami rutin melakukan sosialisasi anti-hoaks, konten pornografi, keamanan data, dan literasi digital di SMA, kampus, website resmi, hingga media mitra,” ujarnya.
Ia berharap peningkatan pemahaman digital dapat menekan kasus hoaks dan cybercrime di kalangan pelajar, yang hingga kini masih rawan terjebak dalam arus informasi tanpa kontrol.

