
Insitekaltim, Samarinda – Angka stunting di Kalimantan Timur masih cukup tinggi mencapai 22,9 persen. Kondisi ini menjadi perhatian serius DPRD Kaltim, yang berkomitmen mengawal pelaksanaan program Gratispol dan Jospol sebagai bagian dari upaya pemerintah provinsi menekan angka stunting.
Anggota Komisi IV DPRD Kaltim Agusriansyah Ridwan mengatakan penanganan stunting telah masuk program prioritas Pemprov Kaltim. Program tersebut telah disosialisasikan dan didistribusikan ke pemerintah daerah untuk memastikan koordinasi dan komunikasi berjalan optimal.
‘Program ini membuktikan keseriusan Pemprov Kaltim dalam menyelesaikan persoalan stunting,” ujar Agusriansyah belum lama ini.
Dimasukkannya penanganan stunting dalam program Gratispol dan Jospol berdampak pada pemenuhan anggaran, penyusunan sistem database, dan penguatan mekanisme pengawasan di daerah. DPRD akan memastikan kedua program ini berjalan sesuai tujuan.
Pemprov Kaltim menargetkan penurunan hingga 14 persen pada akhir 2025 melalui intervensi gizi, edukasi kesehatan, dan pendampingan keluarga berisiko stunting.
Di Kota Samarinda, angka stunting berada di kisaran 20,2 persen. Dinas Kesehatan menargetkan penurunan menjadi 18,3 persen pada 2029, melampaui target nasional 19 persen. Upaya ini mendapat dukungan BKKBN dan perangkat daerah melalui skrining balita, peningkatan cakupan gizi, dan sosialisasi pola asuh.
Agusriansyah menilai keberhasilan program tidak hanya bergantung pada kebijakan, tetapi juga pada konsistensi pelaksanaan di lapangan. Karena itu, DPRD akan mengawal dari sisi anggaran, regulasi, hingga pengawasan.
“Kita akan terus kawal Program Gratispol dan Jospol, yang di dalamnya ada langkah-langkah untuk mendorong penurunan angka stunting. Mulai dari perencanaan, penganggaran, sampai hasilnya nanti,” ucapnya.
Penanganan stunting yang serius diyakini berdampak luas pada kualitas sumber daya manusia di Kaltim, apalagi daerah ini menjadi sorotan nasional karena menjadi lokasi Ibu Kota Nusantara (IKN).
“Dengan posisi strategis ini, penurunan stunting harus menjadi prioritas bersama agar kualitas generasi ke depan lebih baik,” tutup Agusriansyah.

