Insitekaltim, Samarinda – Kalimantan Timur (Kaltim) kembali dipercaya menjadi tuan rumah Dialog Serantau Borneo Kalimantan (DSBK) XVI tahun ini. Penunjukan ini mempertegas peran strategis provinsi yang kaya akan keragaman budaya ini dalam memperkuat kolaborasi sastra dan kebudayaan Melayu serumpun antara Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Forum yang telah digelar sejak 1987 ini menjadi ajang pertemuan para sastrawan, akademisi, dan pegiat budaya dari tiga negara serumpun di satu pulau, yaitu Pulau Borneo atau Kalimantan. DSBK XVI tahun ini akan diselenggarakan di Samarinda dan menjadi kali kedua Kaltim menjadi tuan rumah, setelah terakhir kali menyelenggarakannya pada 2011 (DSBK X).
Menjelang pelaksanaan kegiatan utama, Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kaltim menggelar jumpa pers pada Senin, 9 Juni 2025 di Hotel Haris Samarinda. Dalam forum tersebut, Ketua DKD Kaltim Syafril Teha Noer menegaskan bahwa DSBK bukan hanya sekadar acara sastra tahunan, tetapi merupakan upaya konkret memperkuat ikatan budaya antarbangsa serumpun melalui karya sastra dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
“DSBK ini bukan sekadar forum temu sastrawan. Ini adalah diplomasi kebudayaan yang menyatukan bangsa serumpun lewat bahasa, sastra, dan nilai-nilai kemanusiaan,” ujar Syafril.
DSBK XVI mengusung tema: “Nusantara dan Penguatan Sastra Melayu: Merawat Estetika dan Didaktika.” Tema ini dipilih untuk menyoroti pentingnya menghadirkan karya sastra yang tidak hanya indah secara bentuk (estetika), tetapi juga sarat akan nilai ajar (didaktika).
Forum ini diharapkan mampu mengungkap kontribusi penting para sastrawan Melayu dalam membentuk narasi kebangsaan, memperkuat nilai kemanusiaan, serta menjaga kesinambungan warisan budaya.
“Kita ingin sastrawan tidak hanya piawai menyusun diksi, tetapi juga menyampaikan pesan yang menggerakkan hati dan pikiran,” tambah Syafril.
Pelaksanaan DSBK XVI ini akan diikuti oleh sekitar 200 peserta, termasuk delegasi dari luar negeri yang berasal dari Kuala Lumpur, Sarawak, Sabah, Wilayah Persekutuan Labuan, dan Brunei Darussalam. Mereka mewakili sejumlah lembaga budaya dan sastra seperti Gapena, Asterawani, Pekasa, Putera, Perwila, Bahasa, dan Ikatan Penulis Sabah. Dari Indonesia, peserta datang dari berbagai provinsi termasuk Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Yogyakarta, NTB, Sulawesi Tengah, serta seluruh wilayah Kalimantan.
Agenda utama DSBK XVI mencakup dialog sastra, muhibah budaya ke Tenggarong, wisata kapal, parade sastra, dan pameran buku. Selain itu, forum ini juga akan menghasilkan rekomendasi tematik untuk pemerkasaan sastra Melayu di kawasan Borneo-Kalimantan, serta menyusun watikah penunjukan tuan rumah DSBK XVII untuk tahun 2027.
Penyair Balai Bahasa Kaltim, Aminudin Rifai atau lebih dikenal dengan nama pena Amien Wangsitalaja menyoroti perlunya pendekatan lebih terbuka untuk memperkenalkan sastra kepada masyarakat luas. Ia membandingkan eksistensi sastra yang kerap dianggap elitis dengan popularitas olahraga atau pariwisata yang lebih membumi berkat dukungan seremoni dan publikasi.
“Sastra sering kali tak dikenal karena minimnya seremoni dan eksposur publik. Padahal puisi dan cerpen punya kekuatan luar biasa untuk membangun jiwa,” ujar Amien.
Ia menegaskan bahwa esensi sastra adalah menyentuh kemanusiaan dan menciptakan renungan yang memperbesar jiwa. Dalam konteks itu, slogan “Sastra memperkaya jiwa, sastra memperkasa bangsa” menjadi sangat relevan, walau menurutnya perlu dijelaskan lebih lanjut agar tidak disalahartikan secara linguistik.
“Kata ‘memperkasa’ mungkin tidak lazim dalam tata bahasa Indonesia, tapi ini adalah jembatan kultural. Kita ingin menunjukkan bahwa kita bersatu dengan bahasa Melayu, bukan bersaing dengannya,” jelasnya.
Persiapan DSBK XVI telah dimulai sejak Kaltim ditunjuk sebagai tuan rumah dalam forum DSBK XV di Brunei Darussalam, Agustus 2023 lalu. DKD Kaltim membentuk tim kecil yang dipimpin langsung oleh ketua umumnya untuk melakukan audiensi ke Pemerintah Provinsi Kaltim.
Dukungan penuh diberikan oleh Gubernur Kaltim, serta dikonkretkan dalam kebijakan pendanaan melalui Disdikbud Kaltim, setelah dilakukan koordinasi dengan Sekretaris Daerah Provinsi Sri Wahyuni. Wakil Gubernur Seno Aji dan anggota Komisi IV DPRD Kaltim Sarkowi V Zahry, juga menyatakan komitmennya mendukung pelaksanaan forum tersebut.
“Ini bukti bahwa sastra dan budaya masih punya tempat di tengah kebijakan pembangunan. Kita ingin Kaltim tidak hanya dikenal sebagai provinsi sumber daya alam, tapi juga sumber daya budaya,” pungkas Syafril.(Adv/DiskominfoKaltim)
Editor: Sukri