Insitekaltim,Samarinda – Dengan populasi Indonesia yang diproyeksikan mencapai 322,6 juta jiwa pada tahun 2057, kebutuhan pangan dari sektor pertanian akan terus meningkat.
Hal ini turut menuntut peningkatan kecerdasan dan keterampilan tenaga kerja. Eks jurnalis Tempo Yosep Suprayogi mengungkapkan bahwa pendidikan vokasi penting dalam menjawab tantangan dari berbagai keperluan pasar akan tenaga kerja ini.
Dalam acara Vokasi Bootcamp Media 2024 Program Penguatan Ekosistem Kemitraan Bagi Pengembangan Inovasi Berbasis Daerah, ia mengajak media untuk berperan dalam mengemas isu tersebut menjadi informasi yang menarik.
“Saat ini, tingkat kecerdasan penduduk kita masih di angka 78,5. Ini tantangan besar, terutama untuk daerah seperti Kalimantan Timur yang membutuhkan tenaga kerja terampil namun juga harus menguasai bahasa asing,” ujar Yosep di Ruang Pertemuan Lantai IV Gedung Direktorat Polnes, Senin (30/9/2024).
Yosep menjelaskan diperlukan strategi komunikasi media dalam menyampaikan pesan-pesan terkait vokasi dan dunia kerja. Ia mengungkapkan sebuah metode yang disebut “Kuadran,” yang membagi isu menjadi empat kategori berdasarkan tingkat kepentingan dan daya tariknya.
Menurutnya, tugas jurnalis adalah membuat isu yang penting menjadi menarik bagi pembaca. Kuadran pertama adalah informasi penting dan menarik. Kuadran kedua adalah informasi penting dan tidak menarik. Kuadran ketiga adalah informasi tidak penting dan menarik. Kuadran keempat, informasi tidak penting dan tidak menarik.
“Berdasarkan panduan dari BBC, ada enam kebutuhan audiens yang perlu diperhatikan, di antaranya adalah memberikan inspirasi, hiburan, pengetahuan, perspektif baru, pembaruan informasi, dan mengatasi Fear of Missing Out (Fomo),” sebut Yosep.
Penting bagi jurnalis untuk mengemas informasi penting agar menarik bagi masyarakat dengan menggunakan teknik storytelling. Storytelling adalah metode efektif dalam jurnalisme feature untuk menyampaikan pesan dengan cara yang lebih engaging.
“Jika kita hanya menyajikan berita biasa, maka yang sampai hanya informasi. Namun, jika kita kemas menjadi cerita, di sana ada keterlibatan pembaca dan daya tarik yang lebih kuat. Mulailah dengan gambaran besar, lalu tarik pembaca dengan cerita tokoh atau karakter yang relevan,” paparnya.
Pendidikan vokasi, lanjut Yosep, harus diperkenalkan dengan cara yang membuat masyarakat memahami pentingnya keterampilan teknis dan kompetensi kerja.
“Kami berharap media bisa menjadi katalis dalam menyampaikan isu vokasi dengan cerita yang membangun dan menginspirasi, karena pendidikan vokasi adalah kunci untuk membentuk tenaga kerja yang siap menghadapi masa depan,” pungkasnya.