
Reporter : Nanda – Editor : Redaksi
Insitekaltim, Sangatta – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( DPRD ) Kutim Siang Geah, mengatakan hutan tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat dayak di pedalaman Kutai Timur. Segala bentuk hasil kegiatan adat istiadat yang ada dalam masyarakat dayak, tidak bisa lepas dari alam yang memang memiliki filosofis mendalam.
Dijelaskan oleh Siang Geah, bahwa masyarakat dayak sulit dilepaskan dari kebiasaan dekat dengan hutan. Hutan yang menyediakan berbagai macam obat-obat tradisonal untuk masyarakat. Termasuk satwa liar yang menjadi semacam inspirasi dalam pola hidup dan kesenian, semisal Burung Enggang, dan lain-lain.
Untuk itu, pria asli keturunan suku dayak ini menyebutkan bahwa kedepannya akan melakukan survei tentang satwa liar yang ada di hutan-hutan di wilayah Kabupaten Kutai Timur. Tentu pada hutan yang masih baik dan memiliki kerapatan populasi tumbuhan dan pepohonannya.
Menurutnya, ini sangat penting untuk memperkuat khazanah pengetahuan masyarakat tentang flora dan fauna, mengingat siapa tahu nantinya diketemukan salah satu spesies binatang langka di hutan tersebut.
“Baik yang dilindungi oleh pemerintah atau sejenisnya. Termasuk hewan yang dianggap punah namun ternyata masih ada dalam hutan,” terangnya kepada awak media.
Menurut informasi yang beredar di masyarakat dayak pedalaman Kutim, ada jenis satwa langka yang masih ada seperti Badak. Walaupun ini masih berupa cerita, jika dilakukan survei dan penelitian maka menurut Siang Geah, ini dapat dijadikan pijakan awal untuk mendalaminya lebih jauh.
“Kalau nanti kita lakukan penelitian selama 6 hingga 10 bulan, siapa tahu ditemukan memang ada Badak di wilayah hutan pedalaman Kutim. Sehingga daerah ini melalui masyarakat adat dapat memiliki bank data terkait kekayaan flora dan fauna yang ada diwilayah mereka,” ungkapnya.

