
Insitekaltim, Kukar – Pemerintah Desa Muara Muntai Ilir, Kecamatan Muara Muntai, Kutai Kartanegara, serius menangani persoalan stunting, yang selama ini menjadi ancaman terhadap kualitas perkembangan anak.
Menurutnya, melalui rembuk stunting yang dilakukan secara rutin setiap tahun, desa ini mengedepankan pendekatan kolaboratif dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat sebagai bagian dari strategi pencegahan dan penurunan angka stunting.
Kepala Desa Muara Muntai Ilir, Arifadin Nur, mengatakan forum rembuk stunting menjadi ruang evaluasi sekaligus perencanaan terpadu dalam menyusun langkah-langkah penanganan stunting secara komprehensif di daerahnya..
“Dalam rembuk dibahas langkah-langkah pencegahan, juga mendata perkembangan angka stunting dan membahas langkah-langkah pencegahan dan penurunan stunting,” ujar Arifadin kepada awak media pada Rabu, 21 Mei 2025.
Selain itu, ia mengungkapkan bahwa upaya berkelanjutan yang dilakukan secara terencana telah membuahkan hasil yang cukup menggembirakan. Berdasarkan pendataan terbaru yang dilakukan hingga akhir April 2025, jumlah balita yang berisiko stunting mengalami penurunan cukup drastis dibandingkan tahun sebelumnya.
“Alhamdulillah untuk tahun ini angka yang berisiko stunting yang didata dari akhir bulan April mengalami penurunan yang sangat signifikan, yang awal di atas 30 balita, sekarang cuma tinggal 15 balita yang berisiko stunting,” jelas Arifadin.
Ia sampaikan sebagai bentuk implementasi nyata dari hasil rembuk tersebut, Pemerintah Desa Muara Muntai Ilir secara konsisten menyalurkan bantuan dalam bentuk intervensi gizi dan layanan kesehatan.
Bantuan tersebut meliputi pemberian makanan tambahan (PMT) untuk balita, susu bagi ibu hamil dan menyusui, serta distribusi vitamin guna mendukung kebutuhan nutrisi anak-anak.
Tidak hanya itu, aktivitas pos pelayanan terpadu (posyandu) juga terus digerakkan sebagai garda depan pelayanan kesehatan masyarakat desa. Selain berfungsi sebagai tempat pemantauan tumbuh kembang anak, posyandu juga menjadi sarana edukasi bagi orang tua, khususnya ibu, dalam hal pengasuhan anak berbasis gizi dan kesehatan.
Pemerintah desa juga secara aktif memberikan pembinaan tentang pola asuh (parenting) yang baik, mengingat peran penting keluarga dalam mendukung tumbuh kembang anak secara optimal. Intervensi di sektor ini, menurut Arifadin, sangat krusial karena kualitas pengasuhan sangat menentukan keberhasilan program pencegahan stunting.
Lebih lanjut, ungkap Arifadin bahwa pentingnya kerja sama lintas sektor dan keberlanjutan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat untuk memastikan bahwa setiap anak di desanya dapat tumbuh sehat, cerdas, dan terbebas dari ancaman stunting.
“Keberhasilan dalam menurunkan angka stunting tidak hanya bergantung pada program pemerintah semata, tetapi juga pada kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam mendukung setiap langkah intervensi yang telah dirancang,“ucapnya.
Ia menambahkan dengan keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap program penanganan stunting dapat terus terpelihara, sebagai fondasi penting bagi lahirnya generasi yang sehat, kuat, dan terbebas dari ancaman gagal tumbuh.
Selain itu, ia juga menegaskan bahwa keberhasilan upaya ini sangat bergantung pada sinergi antarlembaga serta keberlanjutan pendampingan terhadap ibu dan anak di berbagai tahap kehidupan. (Adv)