Insitekaltim, Jakarta – Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Dr Teguh Santosa memperkenalkan pemikiran strategisnya terkait konflik Semenanjung Korea melalui buku terbaru berjudul Reunifikasi Korea: Game Theory. Buku ini resmi diluncurkan di Hall Dewan Pers, Jakarta Pusat, pada Selasa, 18 Februari 2025, di hadapan sejumlah tokoh politik dan nasional.
Hadir dalam acara itu Wakil Menteri Koperasi Ferry Juliantono, Juru Bicara Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono, Andi Mallarangeng, Faizal Akbar, Syahganda Nainggolan, Adhie Massardi, hingga pengamat politik Hendri Satrio.
Buku yang lahir dari pengembangan disertasi Teguh di Program Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, ini mengupas strategi politik antar-Korea dengan pendekatan game theory. Fokusnya tidak hanya pada impian penyatuan Korea Selatan dan Korea Utara, tetapi juga bagaimana kepentingan negara-negara besar kerap mengalihkan isu tersebut menjadi solusi state solution.
“Saya menemukan bahwa ada permainan politik yang justru mengarahkan solusi pada penguatan status quo dua negara (state solution), bukan reunifikasi seperti yang kerap digembar-gemborkan,” ujar Teguh Santosa.
Pendekatan ini menyoroti dinamika diplomasi dan strategi yang dimainkan aktor-aktor utama, termasuk Amerika Serikat, China, dan Jepang, dalam menjaga keseimbangan di Semenanjung Korea.
Di sela pemaparan bukunya, Teguh juga mengisahkan pengalaman pertamanya menginjakkan kaki di Pyongyang, ibu kota Korea Utara, yang menurutnya membawa kesan unik bak adegan film The Truman Show yang dibintangi Jim Carrey.
“Saya melihat kota yang bersih, taman yang rapi, dan masyarakat yang terlihat bahagia. Saya berpikir, apakah ini semua dirancang hanya untuk membuat saya terkesan?” ucapnya mengenang kunjungan jurnalistik tersebut.
Meski memberikan kesan mendalam, Teguh menegaskan buku ini tidak dimaksudkan sebagai glorifikasi Korea Utara. Narasi yang dibangun tetap menempatkan reunifikasi sebagai cita-cita, dengan menyoroti bagaimana isu tersebut kerap dipinggirkan oleh kepentingan geopolitik.
Sebagai wartawan yang kerap meliput konflik global, Teguh berhasil mengemas kajian akademik yang kompleks menjadi bacaan yang mudah dipahami. Hal itu menjadi nilai tambah buku ini, menjembatani akademisi, diplomat, dan masyarakat awam dalam memahami isu politik kawasan.
“Kita tentu ingin mengambil pelajaran dari negara-negara lain agar hal baik bisa kita tiru, sementara yang buruk jangan sampai kita alami,” kata Teguh menutup diskusi.
Peluncuran buku ini terselenggara berkat dukungan PT Permodalan Nasional Madani (PNM), PT PLN Persero, dan BPJS Kesehatan.
Teguh berharap karya ini dapat menjadi referensi penting bagi para pengambil kebijakan, peneliti, serta siapa pun yang ingin mendalami strategi politik kawasan Asia Timur, khususnya Semenanjung Korea.