Insitekaltim,Samarinda – Wakil Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Sani Bin Husain menyoroti maraknya penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Samarinda oleh pemerintah kota (Pemkot) setempat.
Menurut Sani, keberadaan PKL ibaratkan seperti dua sisi mata uang, yakni menjadi alternatif lapangan kerja sehingga mengurangi pengangguran.
Oleh karena itu PKL harus mendapatkan perhatian serius oleh pemerintah dalam penanganannya dengan mengutamakan pendekatan dengan memanusiakan manusia.
“Seperti memilih istilah penataan bukan penertiban,” ujarnya, Senin (26/9/2022).
Filosofi dasar dalam penataan PKL adalah memberikan akses seluas bagi pengusaha kecil, bukan sebaliknya atau dengan mematikan dengan menghancurkan modal/alat usaha mereka seperti yg sedang viral di Samarinda saat ini.
Paradigma PKL sebagai beban harus diubah. Sebab menurut Sani PKL adalah aset bagi daerah yakni mampu menjadi tombak penarikan pundi-pundi untuk PAD.
“Ya, mereka (PKL) menyerobot tempat umum bukan tanpa alasan. Mereka lakukan itu karena memang tidak memiliki akses terhadap sumber daya yang memadai,” jelasnya lagi.
Oleh sebab itu, pemerintah dan DPRD harus bersama memikirkan solusi baik untuk kelangsungan PKL, seperti yang dilakukan beberapa daerah seperti Kota Yogyakarta yakni menyiapkan tempat khusus bagi PKL yang kini dikenal dengan nama Selasar Malioboro, Citywalk Purwosari di Kota Solo
dan Pasar Tradisional Modern di Jambi.
“Karena hal ini, Wali Kota Jambi mendapat penghargaan dari penghargaan APKLI Award tahun 2019, atas kiprahnya dalam bidang tata kelola ekonomi kemasyarakatan kerakyatan, melalui Pedagang Kaki Lima. Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Ketua Umum APKLI Pusat Ali Mahsum,” terangnya.
Ia melanjutkan, bahwa pemahaman kota modern harus bebas PKL adalah paradigma yang ketinggalan zaman alias kuno.
Menurutnya, Pemkot Samarinda seharusnya bisa meniru keberhasilan penataan pedagang di trotoar dilakukan di berbagai negara, seperti New York, Amerika Serikat (AS) sebagai pengelola pedagang di trotoar terbaik.
“Anda lihat di kota-kota besar. Bahkan salah satu kota yang memiliki manual pengelolaan PKL terbaik itu New York untuk di trotoar. Ada yang berjualan non permanen seperti berjualan mobile. Yang permanen seperti kios-kios dan toko buku,” tandasnya.