Insitekaltim,Samarinda– Guru Besar Universitas Airlangga Surabaya Prof Bagong Suyanto mempertanyakan pemindahan IKN sebenarnya untuk siapa ?. Apakah orang-orang yang nanti pindah ke IKN itu adalah orang-orang yang punya empati untuk warga lokal dan siapakah sebenarnya yang diuntungkan dari pemindahan IKN itu sendiri.
“Ini kan lokasi dipindah, tapi apakah ada jaminan yang lebih subtansial menyangkut keputusan-keputusan politiknya. Apakah pejabat Jakarta bisa empati?” tanya Bagong.
Menurutnya, penjelasan tentang bangunan-bangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang saat ini sudah berproses hanya simbol, dimana nantinya bangunan-bangunan megah itu akan diisi oleh pegawai dan pejabat-pejabat dari Jakarta.
Sebagai informasi, ia menjadi pemateri pada sesi kedua dalam Sidang Tahunan Majelis Utama Himpunan Alumni Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (Himpuni) yang dibuka Gubernur Kaltim Isran Noor di Ruang Prof Masjaya Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda, Sabtu (11/3/2023).
Dosen yang sudah 34 tahun mengasuh mata kuliah kemiskinan, kesenjangan dan ketidakadilan itu mengungkapkan bahwa setiap ada program ataupun perubahan oleh pemerintah, kelompok miskin akan selalu bertanya, siapa sebenarnya yang diuntungkan?Sama halnya dengan pemindahan IKN ini.
Sehingga ia menyebut, jangan sampai kehadiran IKN hanya akan membuat penduduk lokal semakin tersisih. Ia kemudian memberi contoh Taman Bungkul di Surabaya.
Dengan perubahan yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya, Taman Bungkul sekarang menjadi tempat yang indah, nyaman dan disukai masyarakat dimana penikmat Taman Bungkul yang sekarang lebih banyak orang-orang kelas menengah ke atas. Namun para pedagang kaki lima yang dulu bebas berjualan di sana dan sekarang justru dilarang merasa kecewa dengan perubahan tersebut.
Kemudian Kabupaten Malang yang dikenal dengan buah apelnya. Ia menjelaskan, ketika pintu investasi dibuka, lahan-lahan buah apel di sana banyak disewa oleh orang-orang kaya dari Surabaya dan pemerintah memberi banyak kemudahan.
Contoh lainnya juga terjadi di Pare. Bagong mengatakan, mulai dari pemilik kost, laundry dan usaha lainnya sekarang banyak yang datang dari Surabaya dan Jakarta. Sementara penduduk lokal Pare justru semakin tersisih.
“Di IKN pun bisa sama. Pemerintah membuka pintu investasi seluas-luasnya. Lalu, bagaimana dengan investasi Kalimantan, bagaimana penduduk lokal?” tanya Bagong lagi.
Merespon hal itu, Gubernur Kaltim Isran Noor memberikan apresiasi tinggi dan memuji penjelasan Prof Bagong harus menjadi referensi dasar dan penting bagi negara, pemerintah, otorita juga gubernur.
Isran menegaskan, prinsip dasar pemindahan IKN adalah pemerataan dan keadilan. Namun ia menyadari bahwa di dalam prosesnya terdapat kekurangan dan kelemahan, maka hal itu penting untuk diperbaiki dan terpenting tidak meninggalkan rakyat lokal.
Isran mengaku dirinya akan ikut bertanggung jawab agar pembangunan IKN tidak meninggalkan Kaltim dan masyarakat lokal.
“Apa yang disampaikan Prof Bagong ini harus bisa direkomendasikan, bagus menurut saya. Saya sangat terbuka kalau melihat hal-hal yang penting. Sebab jangan sampai terjadi pembangunan yang jomplang antara IKN dan kota-kota di sekitarnya,” tegasnya.
Isran yakin, desain besar pemindahan IKN tidak akan mengabaikan masalah-masalah sosial dan kesenjangan antara pusat IKN dan sekitarnya, serta Indonesia secara keseluruhan.