Insitekaltim,Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan defisit pada 2020 mencapai 2,5 kali lipat dari yang ditargetkan sebelumnya sebesar Rp307 triliun menjadi sekitar Rp948 triliun. Dengan defisit segunung itu, Sri Mulyani bahkan menyebut pemerintah bisa membangun bukan hanya satu, tapi dua IKN.
“Defisit naiknya hampir 2,5 kali lipat dan kebutuhan pembiayaan kita mencapai Rp1.600 triliun. Itu saya sampaikan kepada Presiden (Jokowi). Peningkatan hingga Rp900 triliun. Pada pembiayaan itu sudah bisa dapat dua IKN,” kata Sri Mulyani di Jakarta pada acara Rapat Koordinasi Nasional PC-PEN, Kamis (26/1/2023).
Seperti diketahui, pembangunan IKN di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara diproyeksikan bakal menelan dana tidak kurang dari Rp450 triliun. Sebab, dengan defisit yang mencapai Rp948 triliun, Sri Mulyani berani mengatakan jika dari pembiayaan defisit itu, sudah bisa dibangun dua IKN.
Melesatnya defisit anggaran itu disebutkan Sri Mulyani sangat dipengaruhi oleh meluasnya sebaran Covid-19 di Indonesia maupun dunia. Kondisi ini secara langsung menghantam dua komponen penting APBN. Pertama penerimaan negara anjlok, di sisi lain belanja negara untuk penanganan Covid-19 melesat naik.
“Pendapatan negara tahun 2020 anjlok hingga 16% menjadi Rp1.647 triliun. Di sisi lain belanja negara membengkak hingga 12,4% menjadi Rp2.595 triliun,” tambah Sri Mulyani.
Untuk diketahui oleh masyarakat, pembiayaan anggaran itu merupakan upaya pemerintah untuk menutup defisit dengan penarikan utang baru. Dukungan lainnya bisa dilakukan dengan komponen pembiayaan investasi dan penjaminan pemerintah.
Penanganan kondisi pada tahun pertama pandemi Covid-19 itu menurut Sri Mulyani sangat tidak mudah. Pemerintah bukan hanya dipusingkan untuk bisa mendapatkan pendanaan yang cepat untuk menutup defisit, saat bersamaan situasi dunia juga sedang bergejolak. Imbasnya, sangat sulit untuk mendapatkan surat utang dunia. Sementara di dalam negeri sendiri, penanganan Covid-19 harus dilakukan secara masif dengan vaksinasi, di sisi lain ekonomi juga harus tetap bisa bergerak.
Di tengah ketidakpastian itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Bank Indonesia menyepakati kerja sama pembelian surat utang dalam skema burden sharing, semacam berbagi beban.
“Lewat kerja sama itu, Bank Sentral membantu pemerintah menutup defisit dengan memborong surat utang pemerintah dengan biaya bunga murah,” tutup Sri Mulyani.
Kerja sama burden sharing sangat dimungkinkan dalam situasi luar biasa pandemi. BI telah membeli lebih dari Rp1.000 triliun surat utang pemerintah melalui kerja sama itu.