Insitekaltim, Samarinda – Di sebuah rumah kontrakan sederhana di Jalan Kahoi, Samarinda, Nining menatap putrinya, Alexandra. Tak pernah ia bayangkan, gadis kecil yang sempat hampir berhenti sekolah itu kini bisa kembali belajar, lengkap dengan seragam baru, buku-buku, dan tempat tinggal nyaman di asrama. Semua berkat Program Sekolah Rakyat Terintegrasi yang digagas oleh Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto.
Nining, yang sehari-hari bekerja sebagai buruh upahan, kini merasa perjuangannya tidak sia-sia. Kehadiran negara melalui Sekolah Rakyat membuatnya tak lagi cemas soal biaya pendidikan.
“Saya sangat terbantu dengan Program Sekolah Rakyat ini. Alhamdulillah, anak saya Alexandra bisa melanjutkan sekolah dengan bantuan negara. Terima kasih Pak Presiden, Pak Mensos, Pak Gubernur, Pak Wali Kota dan Pak Dinsos juga. Terima kasih banyak,” ucap Nining dengan penuh haru di hadapan Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf dan Wakil Gubernur Kalimantan Timur H Seno Aji, saat Dialog Siswa Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) 57 dan 58 Samarinda di Asrama SMA Negeri 16 Samarinda, Rabu, 8 Oktober 2025.
Program Sekolah Rakyat Terintegrasi menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dalam menuntaskan masalah kemiskinan melalui pendidikan yang merata. Menteri Sosial Saifullah Yusuf menegaskan, program ini bukan sekadar bantuan pendidikan, tetapi juga ikhtiar untuk membangun masa depan bangsa yang lebih berkeadilan.
“Sekolah rakyat ini merupakan program mulia yang digagas Presiden Prabowo. Ini bagian dari pengentasan kemiskinan yang berkeadilan dan berkelanjutan. Tidak hanya oleh Kementerian Sosial, tapi hasil kolaborasi antar kementerian dan lembaga,” jelasnya.
Menurut Mensos, total terdapat 165 titik Sekolah Rakyat yang akan beroperasi di seluruh Indonesia, dan 3 di antaranya berada di Samarinda. Setiap siswa yang diterima benar-benar diseleksi dari keluarga kurang mampu, tanpa ada jalur khusus atau titipan.
Para siswa akan memperoleh delapan set seragam, perlengkapan sekolah, serta laptop untuk kegiatan belajar. Para guru pun mendapat perangkat serupa untuk mendukung proses pembelajaran digital. Semua kebutuhan siswa, mulai dari pendidikan hingga makan dan minum di asrama, sepenuhnya ditanggung oleh negara.
Gedung yang digunakan saat ini bersifat sementara. Pemerintah berencana membangun kompleks sekolah baru yang lebih representatif dan ramah bagi siswa.
“Tahun depan kita akan bangun sekolah dan asrama yang lebih besar dan nyaman. Kapasitasnya mencapai 1.000 siswa, terdiri dari SD, SMP, dan SMA. Di dalamnya ada gedung sekolah, asrama siswa dan guru, laboratorium, perpustakaan, fasilitas olahraga, serta kegiatan ekstrakurikuler,” ungkap Saifullah Yusuf.
Lahan pembangunan akan disiapkan oleh pemerintah daerah, bupati, wali kota, dan gubernur, sementara pembiayaan pembangunan melalui APBN.
“Kita ingin membangun lingkungan belajar yang berkualitas, nyaman, dan menyenangkan bagi anak-anak kita,” tambahnya.
Sekolah Tanpa Kekerasan
Mensos Saifullah Yusuf menekankan pentingnya menjaga nilai-nilai kemanusiaan dan kebersamaan di lingkungan Sekolah Rakyat. Ia menegaskan tiga hal yang tidak boleh terjadi di sekolah ini: perundungan (bullying), kekerasan fisik dan seksual, serta intoleransi.
“Semua harus hidup rukun, saling menghormati, dan menjaga kebersamaan. Saya titip kepada Pak Wakil Gubernur agar pelaksanaannya di Kaltim benar-benar dikawal dan berjalan sukses,” pesan Mensos.
Di Samarinda, Sekolah Rakyat Terintegrasi 58 kini menampung 49 siswa, terdiri atas 25 siswa SMA dan 24 siswa SD. Bagi Nining dan puluhan orang tua lainnya, program ini menjadi jalan terang bagi anak-anak mereka untuk menggapai cita-cita tanpa terhalang kondisi ekonomi.
Sekolah Rakyat bukan sekadar tempat belajar, tetapi simbol hadirnya negara di tengah rakyat kecil, memastikan tak ada lagi anak Indonesia yang berhenti sekolah karena kemiskinan.
“Dulu saya sempat hampir menyerah,” tutur Nining lirih. “Tapi sekarang saya yakin, masa depan anak saya akan lebih baik. Terima kasih, Pak Presiden.”