Insitekaltim, Samarinda – Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Kalimantan Timur Brigjen Pol Rudi Hartono menyampaikan seruan tegas dan menyentuh dalam pertemuan di Kantor Gubernur Kaltim, Jalan Gajah Mada, Samarinda. Dalam forum itu, Rudi menekankan bahwa penanganan narkotika tidak cukup hanya dengan pendekatan hukum semata, melainkan perlu kerja kolektif lintas sektor, termasuk peran aktif masyarakat.
“Masalah narkoba bukan hanya soal penindakan. Pengguna itu korban. Kalau korbannya terus bertambah, permintaan juga meningkat. Kita harus menyembuhkan, bukan hanya menghukum,” tegas Brigjen Rudi di Kantor Gubernur Kaltim, Jalan Gajah Mada, Samarinda, Selasa 17 Juni 2025.
Menurutnya, fokus utama BNN saat ini adalah pemberantasan terhadap bandar dan kurir narkoba.
“Kalau bandar dan kurir, kita habisi. Tapi pengguna? Mereka adalah korban, bukan penjahat,” ucapnya dengan nada serius.
Data yang dipaparkan menunjukkan tingginya jumlah pengguna narkoba di Kaltim. Setiap tahunnya, sekitar 1.700 orang hingga 2.500 orang dimasukkan ke dalam lembaga pemasyarakatan akibat kasus narkoba. Jika dikalikan dengan jaringan yang melibatkan satu bandar dan 10 pengikut, maka dalam setahun bisa ada hingga 25 ribu individu yang terpapar.
“Kita punya rumah rehabilitasi hanya satu untuk seluruh Kalimantan, dengan kapasitas 290 orang per tahun. Padahal jumlah yang membutuhkan mencapai 25 ribu lebih. Ini jelas tidak cukup,” jelasnya.
Samarinda tercatat sebagai daerah dengan angka pengguna narkoba tertinggi di Kaltim, disusul oleh Balikpapan, Bontang, dan hampir seluruh wilayah lainnya, termasuk Mahakam Ulu dan Kutai Barat.
Brigjen Rudi mengapresiasi langkah strategis Gubernur Kaltim yang berupaya menyediakan lahan dan menjalin kerja sama dengan rumah sakit untuk menambah fasilitas rehabilitasi. Inisiatif pembangunan Rumah Sakit Islam dan bantuan dari wali kota untuk merehabilitasi warga secara gratis dinilai sebagai angin segar dalam upaya penanggulangan.
“Baru kali ini Kaltim punya pemimpin yang luar biasa. Langkah-langkah proaktif seperti ini harus terus didukung,” katanya.
Ia juga menyoroti pentingnya menggerakkan tokoh-tokoh masyarakat dalam perang melawan narkoba. “Dulu tokoh yang berpengaruh di kampung itu kiai, dukun beranak, tukang bengkel. Sekarang? Yang paling berpengaruh justru bandar narkoba. Ini harus kita rebut kembali,” ujarnya lantang.
Rudi menyerukan agar semua lapisan masyarakat, mulai dari aparat TNI, Polri, hingga tokoh desa, harus dilibatkan bahkan sampai pada forum Musrenbangdes (Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa). “Ini perjuangan panjang, tidak bisa selesai dalam semalam. Tapi kita harus mulai sekarang,” tandasnya.
Dengan komitmen bersama dan langkah konkret dari pemerintah daerah, harapan untuk membebaskan Kaltim dari jerat narkoba bukanlah hal yang mustahil. BNN Kaltim menegaskan, ini saatnya seluruh elemen bangsa bergerak demi menyelamatkan generasi muda dari kehancuran akibat narkotika.
Pada kesempatan itu, Wakil Gubernur Kalimantan Timur, H Seno Aji, menyatakan keprihatinan mendalam atas semakin meluasnya peredaran narkoba di wilayah Kalimantan. Dirinya menegaskan bahwa Kaltim tak akan tinggal diam dan segera membentuk Satuan Tugas Khusus (Satgas) Pemberantasan Narkoba.
“Peredaran narkoba tidak lagi tersembunyi. Sudah sangat masif di Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, hingga Kalimantan Selatan. Bahkan, yang terbaru ditemukan 4 ton sabu-sabu yang berasal dari Kaltara. Ini sangat mengkhawatirkan,” ujar Seno Aji di hadapan awak media (Adv/Diskominfokaltim).
Editor: Sukri