Insitekaltim,Jakarta – Ketua Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Teguh Santosa menggelar peluncuran dua buku terbarunya yang berjudul “Perdamaian yang Buruk, Perang yang Baik” dan “Buldozer dari Palestina.” Acara peluncuran buku tersebut berlangsung di Jaya Suprana School of Performing Arts di Mall of Indonesia, Kelapa Gading, Jakarta, Minggu (30/7/2023).
Acara tersebut menarik perhatian banyak orang karena kehadiran sejumlah duta besar dan diplomat negara sahabat di Jakarta, serta tamu asing dari berbagai negara seperti Rusia, Maroko, Venezuela, Sudan, Afghanistan, Korea Utara, Pakistan, dan Selandia Baru.
Kedua buku tersebut sepertinya memiliki daya tarik yang kuat bagi kalangan internasional, mengundang perwakilan dari berbagai negara untuk datang dan menyaksikan momen bersejarah ini. Pengenalan buku-buku ini mungkin mencerminkan pentingnya isu perdamaian dan konflik di dunia, sehingga menarik perhatian dari berbagai kalangan.
Peluncuran kedua buku yang diterbitkan Booknesia Publishing House dari Farah Media Utama itu dirangkaikan dengan peluncuran aplikasi SemuaNews dari JMSI itu juga dihadiri pimpinan JMSI se-Indonesia yang baru mengikuti Rapat Pleno Diperluas sehari sebelumnya.
Acara tersebut dihadiri oleh Ketua Dewan Pers, Ninik Rahayu, dan Pembina JMSI Sumatera Utara, Rahudman Harahap. Budayawan Jaya Suprana dan Ibu Aylawati bertindak sebagai tuan rumah dalam acara tersebut.
Beberapa tokoh nasional dan internasional turut hadir dalam acara peluncuran, termasuk penyair dan aktivis Addhie Massardi serta pakar komunikasi politik Hendri Satrio. Tokoh nasional DR Rizal Ramli juga ikut memberikan review atas salah satu buku Teguh Santosa.
“Buku ini cukup unik. Biasanya, kalau Anda membaca wawancara dengan duta besar, sangat plain vanilla (sederhana dan mudah) dan Anda jarang melihat kekayaan negara yang diwakilinya, isu yang ditanyakan, dan relasinya dengan Indonesia. Kalau Anda baca buku ini, Anda dapat melihat bahwa dia (Teguh Santosa) mengeksplorasi pikiran, personalitas duta besar, dan berusaha memahami negara dari perspektif yang berbeda,” urai Rizal Ramli yang memberikan pengantar dalam buku “Buldozer dari Palestina.
Buku ini juga mendapatkan apresiasi dari beberapa duta besar, seperti Duta Besar Federasi Rusia, Lyudmila G. Vorobieva, yang menyatakan Teguh memberikan ruang bagi pembaca Indonesia untuk melihat sudut pandang Rusia tentang isu-isu global.
Teguh Santosa juga mendapat pujian dari Dubes Kerajaan Maroko Ouadia Benabdellah, yang menyebutnya sebagai wartawan Indonesia pertama yang ditemuinya, membuka matanya pada banyak hal di Indonesia, dan menjadi wartawan yang sangat dibutuhkan pada masa kini.
“Sejujurnya, dia membuka mata saya pada banyak hal di Indonesia. Teguh adalah wartawan yang kita butuhkan pada masa kini,” ujarnya.
Dubes Republik Bolivarian Venezuela Radames Jesus Gomez Azuaje juga mengapresiasi Teguh karena profesionalismenya dalam memahami dan menjelaskan situasi kompleks di Venezuela.
“Dia mengerti apa yang terjadi di Venezuela di tengah krisis lingkungan, krisis politik, dan situasi geopolitik yang sangat kompleks. Dia (Teguh) mencoba menjelaskan kepada pembaca dengan sangat jelas. Jadi saya harus berterima kasih karena profesionalisme Teguh,” tuturnya.
Banyak duta besar dari berbagai negara hadir dalam acara tersebut, termasuk Dubes Sudan Yassir Mohamed Ali, Charge d’affaires Afghanistan Qaiz Barakzoy, dan Counselor Korea Utara So Kwang Yun. Selain itu, dua mantan duta besar Indonesia, Dubes Umar Hadi dan Dubes Yusron Ihzanjuga hadir memberikan sambutan.
Acara tersebut juga dihadiri oleh anggota Asia Pacific Regional Committee for Peaceful Reunification of Korea (APRCPRK) Javed Ansari dari Pakistan bersama Peter Wilson dan Anh Young Baek dari Selandia Baru, yang baru saja menghadiri peringatan 70 tahun berakhirnya Perang Korea di Jakarta.
Pujian lainnya datang dari Dirjen Amerop Kemlu RI, Umar Hadi. Ia menilai Teguh sebagai seorang intelektual, aktivis, dan pemimpin.
“Ia wawancarai (para dubes) dengan sempurna,” katanya.
Mantan Wartawan Harian Kompas di yang pernah bertugas di Jepang mengakui Teguh sebagai seorang intelektual, aktivis, dan pemimpin. Ia mengatakan dirinya telah mengenal Teguh Santosa sejak lama. Teguh juga pernah membantunya dalam penulisan sebuah buku mengenai strategi pertahanan nasional Indonesia saat ia masih menjadi anggota Komisi I DPR RI.
Ia memandang Teguh tidak sekadar sebagai sahabat dalam pergaulan, tetapi juga kolega dalam profesi kewartawanan.