Insitekaltim, Samarinda – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mewajibkan vaksin lengkap bagi anak. Hal tersebut guna memberikan kekebalan dan proteksi bagi bayi dari berbagai penyakit berbahaya.
Vaksin merupakan antigen yang diinaktivasi atau dilemahkan yang bila diberikan kepada orang yang sehat untuk menimbulkan antibodi spesifik terhadap mikroorganisme tersebut, sehingga bila kemudian terpapar, akan kebal dan tidak terserang penyakit.
Pada masa awal kehidupannya, bayi sangat rentan terkena penyakit berbahaya, seperti penyakit saluran pernapasan akut, Polio, kerusakan hati, Tetanus, Campak dan banyak lagi penyakit berbahaya lainnya.
Anak yang terkena penyakit-penyakit tersebut, memiliki risiko kematian yang tinggi. Jika tidak sampai meninggal dunia, serangan virus dan penyakit tersebut akan menyebabkan derita fisik dan mental berkepanjangan dan bahkan bias menimbulkan cacat.
Selaras, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) Dokter Jaya Mualimin mengimbau orang tua untuk memberikan bayi mereka vaksinasi lengkap.
“Kita meminta kepada semua pihak tidak hanya dengan kesehatan tetapi juga awak media untuk bisa menyosialisasikan bahwa vaksinasi itu penting,” ujarnya di halaman Gor Segiri Samarinda, Selasa (1/10/2024).
Sempat beredar kabar bahwa di dalam sebuah vaksin terdapat cip berukuran mikro, yang apabila vaksin tersebut masuk ke dalam tubuh, cip itu akan dipakai sebagai percobaan dan sebagainya.
Tegas Jaya mengatakan bahwa kabar tersebut hanya hoaks belaka. Hoaks ini sangat merugikan masyarakat itu sendiri. Vaksin diciptakan untuk tujuan yang baik. Untuk itu, Jaya menekankan agar masyarakat tidak termakan kabar tersebut.
“Digosipkan tentang adanya penanaman cip dalam vaksin tersebut yang dibuat oleh WHO dan sebagainya itu adalah kebohongan besar,” tegasnya.
Vaksin lengkap untuk bayi meliputi beberapa jenis vaksin yang diberikan sesuai dengan usia bayi, di antaranya:
1. Hepatitis B (HB-1), diberikan pada bayi yang baru lahir atau usia kurang dari 24 jam.
2. Polio 0 dan BCG, diberikan pada bayi usia 0-1 bulan.
3. DP-HiB 1, polio 1, hepatitis B 2, rotavirus, PCV. Diberikan pada bayi usia 2 bulan.
4. DPT-HiB 2, polio 2, hepatitis B 3. Diberikan pada bayi usia 3 bulan.
5. DPT-HiB 3, polio 3 (IPV atau polio suntik), hepatitis B 4, dan rotavirus 2. Diberikan pada bayi usia 4 bulan.
6. PCV 3, influenza 1, rotavirus 3 (pentavalen). Diberikan pada bayi usia 6 bulan.
7. Campak atau MR dan japanese encephalitis 1. Diberikan pada bayi usia 9 bulan.
Saat ini, Jaya melanjutkan, anak-anak di Kaltim yang sudah divaksinasi baru mencapai 75 persen. Untuk dosis pertama vaksinasi mencapai 89 persen dan dosis kedua masih 38 persen.
Melihat jomplangnya penerimaan dosis satu dan dosis dua, Jaya meminta seluruh pihak untuk bersama-sama mensosialisasikan pentingnya vaksinasi bagi bayi. Pihaknya juga tengah menggalakkan sosialisasi di masyarakat melalui tenaga kesehatan dan kader.
Vaksinasi diperlukan pengulangan untuk pengenalan lebih lanjut bagi tubuh terhadap virus. Repetisi sangat berpengaruh terhadap kesuksesan pencegahan penyakit.
“Saya ingin 90% anak di Kalimantan Timur bisa mendapatkan vaksinasi lengkap, kalau bisa mencapai 100%,” harapnya.
Jaya mengatakan bahwa sering kali ia menerima pertanyaan seputar vaksin. Misalnya, apabila seseorang pernah terjangkit atau terinfeksi penyakit tertentu, tidak lagi perlu vaksin. Jaya memberikan jawabannya.
“Misalnya saja penyakit DBD virus dengue 1, 2, 3, dan 4. Yang kena itu virusnya yang 1, tapi 3 yang lain tidak masuk kan. Jadi saat terkena penyakit DBD itu, belum tentu kena virus keempatnya kena semua,” ungkapnya.
Dengan demikian, vaksin akan menjadi kekebalan bagi virus lainnya. Pernah atau tidak terjangkit penyakit, tidak menjadi penghalang untuk mendapat vaksin bagi bayi. Jaya menginginkan masyarakat mulai menghapus paradigma ini.
“Vaksinasi itu sangat penting walaupun pernah terjangkit oleh penyakit tersebut untuk menciptakan kekebalan dari virus yang telah dilemahkan,” tutupnya.