
Insitekaltim – Samarinda : Anggota Komisi II DPRD Kota Samarinda Hj Laila Fatihah menyebut Pemerintah Kota Samarinda kurang serius dalam pengelolaan pariwisata. Hal ini membuat Kota Samarinda tidak memiliki destinasi wisata yang benar-benar mampu menarik wisatawan datang ke Kota Samarinda.
Obyek wisata yang sempat ada, sebut saja Lampion Garden menurutnya tidak dapat dikatakan sebagai destinasi wisata. Lampion Garden tidak lebih dari hanya menjadi pusat kuliner.
Wisata yang dibuka selama ini sebagian besar dikelola pihak ketiga atau para pengusaha. Wisata yang dikelola Pemerintah Kota Samarinda menurutnya hanya Kelurahan Wisata Pampang atau lebih dikenal dengan Desa Wisata Pampang.
Menurut Laila, Desa Budaya Pampang sejatinya bukan menggambarkan Kota Samarinda, tetapi Kaltim secara budaya.
Namun sayangnya kata politikus bergelar sarjana ekonomi tersebut, Desa Pampang saat ini terus berkembang mengikuti modernisasi.
“Pampang itu kalau menurut saya sudah tinggal 40 ke 50 persen saja. Sudah mulai modern,” ujarnya.
Beberapa kendala lain yang menjadikan persentase tersebut tidak sempurna bagi Laila adalah Desa Wisata Pampang bukanlah tempat wisata yang menunjukkan gambaran penduduk asli suku Dayak. Melainkan tempat tersebut sudah mengarah pada setengah perkotaan. Menurut Laila daerah tersebut sudah sedikit modern.
“Sudah separuh kota, sudah bukan yang betul-betul menggambarkan bahwa itu penduduk kita yang asli Dayak,” paparnya pada Rabu, (31/5/2023)
Selain karena keaslian sukunya yang tidak terjaga, Laila juga merasa bahwa tempat Desa Wisata Pampang kurang sedikit polesan dan perbaikan untuk membuat daerah tersebut lebih menarik minat wisatawan.
Politikus kelahiran Kota Malang ini juga memberikan sedikit peringatan mengenai jalan menuju tempat wisata Pampang yang dinilainya kurang memadai. Hal ini dikhawatirkan menjadi bumerang.
“Punya obyek wisata tapi fasilitasnya tidak dipenuhi maka akan menjadi bumerang sih kalau menurut saya,” ujarnya memberi analisa.
Kekhawatirannya mengenai jalan yang kurang memadai bisa saja membuat wisatawan justru enggan datang, bahkan memberikan penilaian buruk kepada tempat wisata tersebut.
“Pas ke Pampang, pulangnya banjir di Alaya. Apa wisatawan harus pulang dengan perahu karet? Ini yang harus diseriusi lagi,” sindir Laila.